TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Industri alat kesehatan di Indonesia bisa dikatakan dikuasai pihak asing. Porsi produk luar negeri yang beredar di Indonesia bahkan mencapai 94 persen, sementara produk dalam negeri hanya 6 persen.
"Izin edar saat ini alat kesehatan 94 persen masih dikuasai alkes asing," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo, di sela peresmian alat kesehatan di Semarang, Rabu (19/7/2017).
Industri alat kesehatan dalam negeri, kata dia, perlu terus didorong agar porsi pangsa pasarnya bisa lebih besar. Hal ini juga sebagai upaya mewujudkan kedaulatan negara di bidang kesehatan.
Yulianto mengatakan, pasar alkes di Indonesia nilainya mencapai Rp 12 triliun per tahun. Jateng sendiri mendapat porsi 10 persen, yaitu Rp 1,2 triliun.
Porsi pembiayaan bidang kesehatan lebih banyak untuk obat dan alat kesehatan. Porsi pasar obat alkes di Jateng cukup besar karena ada 276 rumah sakit dan ribuan klinik kesehatan.
"Dulu pengadaan Alkes suram, banyak terlibat masalah, dan persaingan tidak sehat. Makanya, kami mendorong agar semua dibuka, harga dimasukkan dalam e-kalatog sehingga semua pihak diuntungkan," ujarnya.
Yulianto mendorong pabrikan untuk memproduksi alat kesehatan agar diproduksi di dalam negeri. Beberapa fasilitas kesehatan mulai laboratorium, radiologi, meja operasi, kursi roda, hingga bed untuk pasien saat ini telah mulai diproduksi. Namun porsinya masih terlampau kecil.
"Kita memang butuh kualitas, tapi tak harus impor. Kami mendorong agar bisa diproduksi dalam negeri," tambahnya.
Yulianto mengingatkan agar pabrikan memproduksi alat yang aman dan bermanfaat. Semua produk kesehatan juga harus punya ijin edar.
"Di Jateng, hingga Juni 2017 ini ada 30 alkes dengan 146 penyalur kesehatan, 86 diantaranya sebagai distributor barang," tambahnya.
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di Kompas.com, dengan judul: Asing Kuasai 94 Persen Pangsa Pasar Alat Kesehatan di Indonesia