TRIBUNNEWS.COM, JAkARTA - Pekerja Jakarta International Container Terminal (JICT) sudah melakukan aksi mogok sejak 3 Agustus. Rencananya mereka tidak akan bekerja sampai 10 Agustus 2017.
Direktur Indonesia Port Watch (IPW) Syaiful Hasan menduga ada pihak menggunakan isu mogok buruh JICT untuk kepentingan bisnis semata. Pasalnya satu hari pelabuhan tidak beroperasi, kata Syaiful negara rugi puluhan miliar.
"Ini aneh jika dibiarkan sampai 3 hari. Padahal pengguna jasa sudah teriak dengan sistem billing dan pelayanan di NPCT-1," ujar Syaiful, Minggu (6/8/2017).
Syaiful juga menyayangkan Direksi JICT yang sengaja membiarkan mogok berlarut. Akibatnya beban biaya eksportir dan importir membengkak signifikan.
"Darimana (arus barang) lancar? Jika tidak ada rekayasa asal-asalan terminal 2 JICT dipakai lahan parkir, stagnan itu Priok," ungkap Syaiful.
Syaiful memaparkan akibat aksi mogok, pengurusan dokumen menjadi berjam-jam di pelabuhan. Selain itu kerugian biaya inventaris dan bongkar muat membengkak.
"Jadi sebetulnya siapa ini yang bermain? Pemerintah harus tegas. Stop bermain-main dengan pelayanan publik," jelas Syaiful.