Terkadang, bocor halus dalam keuangan keluarga juga bisa terjadi akibat pola belanja tanpa rencana. Ambil contoh, ketika melakukan belanja bulanan di supermarket, Anda membeli barang yang sebetulnya enggak butuh-butuh amat.
Anda membelinya hanya karena kemasannya menarik, lagi promosi, atau lapar mata. “Jelas, kebiasaan ini bisa mengganggu keuangan,” ucap Budi.
Kebiasaan impulse buying itu, Budi menegaskan, sangat merusak keuangan keluarga. Seseorang bisa saja dengan mudah tergoda membelanjakan uangnya untuk barang yang tidak direncanakan untuk dibeli semata-mata karena diskon, misalnya.
Atau, menggunakan kartu kredit secara tidak bijaksana lantaran tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang secara kontan.
Sumber bocor halus, Pandji menambahkan, bisa juga karena hobi. Koleksi barang-barang tertentu, contohnya. Memang, membelinya sedikit-sedikit tapi lama-lama jadi banyak.
Sejatinya, Budi mengatakan, pengeluaran bocor halus masih dalam batas toleransi jika besarannya tidak lebih dari 5% penghasilan bulanan Anda. Tapi, kalau mencapai 10% bahkan lebih, bocor halus memerlukan perlakuan khusus agar tak terus-menerus terjadi.
Makin bahaya, Pandji melanjutkan, jika pengeluaran bocor halus dibiayai dari utang. Atau, pengeluaran tersebut sampai membuat Anda tidak bisa menabung lagi. “Bahkan, membikin Anda jadi enggak punya dana darurat. Pengeluaran itu tidak bisa direm,” ujar dia.
Cara mengatasi
Perlakuan khusus seperti apa agar bocor halus keuangan tidak terus-menerus terjadi? Tentu, Budi menuturkan, saban hari Anda tidak mungkin mengawasi setiap uang kecil yang keluar dari saku.
Salah satu cara paling gampang mengawasinya adalah, dengan membatasi konsumsi duit yang Anda belanjakan sehari-hari.
Misalnya, uang yang Ada di dompet Anda maksimal Rp 100.000 per hari dan berkomitmen untuk tidak mengambil duit lagi jika ada kekurangan. Kecuali, untuk kebutuhan mendesak.
Dengan demikian, berapapun uang yang Anda keluarkan, baik untuk hal-hal penting maupun kurang penting, pengeluaran tetap terkendali secara harian, maksimal Rp 100.000. “Jika keuangan sudah menipis, maka Anda dengan mudah bisa me-review ke mana saja uang itu dibelanjakan,” kata Budi.
Lalu, cara sederhana mengatasi impulse buying ialah, dengan membuat catatan rencana belanja bulanan dan berkomitmen untuk tidak keluar dari rencana itu.
Sekaligus, ini berfungsi sebagai terapi agar Anda tak mudah tergoda oleh keinginan-keinginan yang mengakibatkan impulse buying.