Abdul Somad menjelaskan, “Jenis tenun seperti Baron, Endek, Kamen, Selendang dan syal sekarang mulai banyak dipasarkan di Thamrin City. Termasuk di toko miliknyapun menjual jenis-jenis tenun seperti itu.”
Di toko Maghrifoh miliknya di Lantai Dasar Thamrin City, Abdul Somad menjual aneka motif tenun ikat dari Bali, Toraja, Lombok dan Kalimantan, seperti motif rangrang, sumba, Lamandau
“Harga bervariasi mulai dari Rp. 40 ribu hingga 800 ribu per lembar kain, dan mulai 35 ribu sampai 80 ribu per meternya, bahkan lurik dan polos dijual mulai harga 25 ribu per meter ” ungkapnya.
Hingga kini usaha tenun ikat Abdul Somad yang berada di lantai 1 terus berkembang dan sudah memiliki 3 toko di Thamrin City.
“Lumayan berkembang bagus usaha disini, saat ini omset bisa mencapai Rp 100 juta per bulan,” tandasnya.
Kerajinan Tenun ikat sebagai usaha turun temurun yang mendatangkan untung diakui Habib yang berdagang kerajinan tenun ikat Jepara dengan nama toko Sanubari di Thamrin City.
“Kami produksi tenun ikat di Jepara dengan motif, diantaranya parang atau liris, senandung, besurek kaltor, sekar, sarawak, tameng dan sasasoe. Selain itu juga dari berbagai daerah lain, seperti Ulos Karo, motif Kalimantan dan Bengkulu,” kata Habib.
Saat ini Habib sudah memiliki 2 toko di Thamrin City,yang diawalinya mulai berusaha di lantai 1 hingga sekarang memiliki toko di lantai dasar 1.
Dengan omset penjualan sekitar Rp 50 juta hingga Rp 100 Juta per bulan. Omset tersebut di dapat dari penjualan tenun yang harga jualnya dari Rp. 150 ribu sampai Rp. 1.750.000 per lembar kain dan dari harga Rp. 20 ribu per meter.
“Begitu banyak jenis dan motif tenun yang ada di nusantara saat ini yang sudah mulai banyak dipasarkan di Thamrin City, saya sangat beruntung salah satu yang ikut mengembangakan budaya tenun di Indonesia,” jelasnya.