TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 4 dengan kapasitas 2x1.000 MW yang berlokasi di Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah resmi dibangun. Pembangkit ini bisa memberikan kontribusi penguatan daya listrik Sistem Interkoneksi Jawa-Bali.
Program Pembangkit Listrik 35.000 MW adalah komitmen Pemerintah bersama PLN dan swasta dalam membangun 109 pembangkit yang dibangun oleh PLN dan Independent Power Producer (IPP).
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengingatkan kepada pihak swasta untuk bisa menjaga pasokan listrik tetap aman.
"IPP harus bisa menekan hambatan atau gangguan pasokan listrik. Sebisa mungkin harus menjaga pasokan tetap stabil dan handal," ujar Jonan, Minggu (3/9/2017).
Jonan juga mengimbau gas buang dari pembangkit harus diperhatikan. Hal ini sesuai dengan Paris Aggrement dimana Indonesia berpartisipasi untuk ikut mengurangi emisi.
PLTU Jawa 4 merupakan bagian dari program 35.000 MW dengan skema IPP. Dibangun diatas lahan seluas 77,4 ha, proyek ini ditargetkan akan rampung dalam kurun waktu sekitar 50 – 54 bulan yang dimulai sejak April 2017 diperkirakan akan dapat beroperasi pada Mei 2021 dan September 2021.
PLTU Jawa 4 dibangun dengan menggunakan teknologi terbaru yaitu ultra-super-critical (USC). Teknologi ini beroperasi pada tekanan dan suhu di atas titik kritis air, dimana fase gas dan cair dalam keseimbangan sehingga menghasilkan efisiensi 10 persen lebih tinggi daripada pembangkit batubara.
Proyek pembangkit listrik ini dikelola oleh komsorsium PT Bhumi Jati Power (BJP), yang terdiri dari Sumitomo Corporation (50 persen saham), PT United Tractors Tbk (25 persen saham), dan The Kansai Electric Power Co., Inc. (25 persen saham).
"Keterlibatan kami dalam pembangunan proyek Perluasan Tanjung Jati B (PLTU Jawa 4) ini diharapkan dapat membantu pemerintah Indonesia dalam meningkatkan ketersediaan listrik nasional,l ujar Satoshi Matsui, President Director, PT Bhumi Jati Power.
Pembangunan PLTU Jawa 4 berkapasitas 2x1.000 MW ini menggunakan skema BOT (build, operate and transfer) dengan jangka waktu 25 tahun sejak Commercial Operation Date. Proyek ini menelan biaya investasi sekitar 4,2 miliar dollar AS dengan sumber pembiayaan dari project financing.