TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bergelut dengan usaha jamu mungkin sudah menjadi garis tangan Desi Widayanti.
Ia merupakan generasi keempat dari keluarganya asal Solo, yang menjalani usaha meracik minuman tradisional khas Jawa ini.
Namun demikian, hidup tidak hanya bermodalkan garis tangan.
Dengan usaha keras, gadis berusia 24 tahun ini tidak hanya membuat usaha jualan minuman sehat ini menjadi penghasilan keluarga, tapi juga mengerakan ekonomi tetangga dan para pedagang jamu lain lewat paguyuban Lakskar Jamu Gendong Indonesia.
Desi sudah berjualan jamu sejak sekolah SMP, dengan mangkal di Depan Dinas Pariwsata di kawasan Kuningan.
Setelah lulus SMK, ia kemudian mengikuti pelatihan produksi jamu, lalu diterapkan di usaha keluarganya agar lebih maju.
Selain kunyit asam beras kecur dan temulawak yang merupakan varian lama, ia juga membuat produk anyar yang bisa cocok dengan lidah generasi sekarang.
Seperti jamu Senapis (sawi, nanas, jeruk nipis), Selemanis (sereh, lemon, kayu manis) dan yang terbaru, Namaku (nanas, manga, kunyit).
“Inovasi terus saya lakukan agar jamu bisa menarik lebih banyak konsumen. Fokus saya sekarang lebih ke pengembangan,” ujar pemudi kelahiran Jakarta, 14 Desember 1993 ini.
Meski sekarang sudah terbilang maju, jalan hidup Desi dari keluarga penjual jamu tidak selalu mulus.
Senasib dengan pedagang jamu lainya, Desi dan keluarga pernah menghadapi krisis usaha karena beredar isu jamu menggunakan bahan kimia. Dampak dari isu itu, usaha jualan jamunya merosot tajam.
Kondisi ini yang membuat Desi mencoba merangkul para pedagang jamu, yang awalnya berada di Jakarta Selatan.
Tujuannya untuk mengetahui apakah benar ada pedagang jamu yang menggunakan obat kimia atau tidak. Kemudian memastikan apakah jamu yang dibuat sudah benar atau tidak.
Lewat perkumpulan yang sepertinya menjadi sel lahirnya paguyuban Lakskar Jamu Gendong Indonesia itu, Desi ingin memastikan bahwa minuman jamu adalah minuman sehat dan tidak dibuat dengan bahan kimia obat.
Pada awal pemerintahan Presiden Jokowi, ada angin segar didapat para penjual dan pengusaha jamu, termasuk Desi. Pasalnya, Presiden asal Solo itu memberikan himbauan kepada seluruh Kemeterian agar membiasakan minum jamu bersama.
Himbauan ini dimanfaatkan Desi bersama Laskar Jamu Gendong Indonesia yang sudah berbadan hukum berkat fasilitasi dari Marta Tilaar, untuk mengajak kerjasama sejumlah Kementerian agar rutin meminum jamu bersama.
Meski himbauan Presiden ternyata belum berjalan massif di instansi pemerintah, Desi tetap mendapatkan berkah.
“Dari 12 Kementerian yang saya masuki, hanya Kementerian Kesehatan yang tertarik dan kini sudah bekerjasama tahun ketiga untuk free minum jamu bersama,” katanya.
Selain Kementerian Kesehatan, Desi menjalin kerjasama dengan Puskesmas Kecamatan Kebayoran untuk free minum jamu bersama. Ia mengajak lima tetangganya di daerah Kuningan Barat untuk bekerja memenuhi pesanan, dan ditambah lebih banyak lagi tenaga jika ada pesanan jamunya lebih banyak lagi.
Para penjual jamu gendong lain juga ia libatkan jika ada acara di Kementerian Kesehatan.
Desi merupakan satu dari 78 pemuda teknopreneur penggerak dan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang menjadi binaan dan mendapatkan pelatihan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Bersama para pemuda terseleksi lain dari 34 provinsi, Desi mendapatkan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pemuda Berbasis IPTEK dan IMTAK bertema “Pemuda sebagai Penggerak Sentra Pemberdayaan Pemuda di Desa” yang digelar di Bogor, Jawa Barat pada akhir Juli 2017.
Para pemuda yang direkrut dalam pelatihan yang digelar Asisten Deputi Bidang Peningkatan IPTEK dan IMTAK Pemuda Kemenpora itu, sebagian besar memang berasal dari beberapa titik pada 40 desa percontohan dan 14 Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Desi merupakan wakil dari DKI Jakarta yang dinilai mampu menggerakkan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.
Selain mengembangkan usaha jamu warisan keluarganya, Desi juga menggerakkan tetangganya yang laki-laki, untuk berbudidaya lele memanfaatkan lahan milik perusahaan yang belum dipakai.
Ia juga berusaha menghidupkan Karang Taruna Kelurahan Kuningan Barat yang sebelumnya tidak aktif.
Kiprah Desi melakukan inovasi dan pengembangan jualan jamu membuatnya mendapatkan penghargaan sebagai Pemuda Pelopor Terbaik 1 Bidang Pangan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam rangkaian peringatan Hari Sumpah Pemuda 2017, belum lama ini.