TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak usaha PT PP (Persero) Tbk yang bergerak dalam bisnis konstruksi sipil dan struktur bangunan, PT PP Presisi Tbk (Perseroan) telah mengantungi pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana saham (Initial Public Offering/IPO) pada 16 November 2017 lalu.
Selanjutnya saham Perseroan yang bernominal Rp 100 per unit itu rencananya dicatatkan dan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 November 2017 mendatang.
Manajemen PP Presisi optimistis, saham Perseroan akan mendapat sambutan baik di pasar lantaran kinerja fundamental yang dibukukan sangat solid.
Per Juli 2017, pendapatan PP Presisi tercatat Rp 441,050 miliar, meningkat 153,6 persen dari Rp 173,916 miliar per Juli 2016. Dari pendapatan sebesar itu, PP Presisi membukukan laba Rp 45,53 miliar (Rp 0,24 per saham) per Juli 2017, naik 189,6 persen dari Rp 15,72 miliar (Rp 0,15 per saham) per Juli 2016.
Tak kalah penting PP Presisi dianggap memiliki prospek gemilang di masa datang terutama pada proyek-proyek infrastruktur, mulai dari jalan tol hingga gedung bertingkat.
Direktur Keuangan PP Presisi, Benny Pidakso mengatakan pihaknya memiliki kompetensi dan peralatan yang mendukung pembangunan proyek-proyek tersebut, antara lain sekitar 1.500 unit armada alat berat dan 8 pabrik ready mix.
"Potensi pasar PP Presisi sangat besar. Dari proyek infrastruktur, antara lain jalan tol, pelabuhan laut, rel kereta, bandara, bendungan, jembatan, irigasi sampai gedung bertingkat akan dikerjakan oleh perusahaan," kata Benny Pidakso dalam keterangan tertulis, Senin (20/11).
PP Presisi menurutnya mengincar proyek-proyek yang berasal dari pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan swasta.
“Sebagai gambaran, proyek infrastruktur dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 yang berpotensi digarap mencakup 856 km jalan, 25 km jalan tol, rel kereta sepanjang 639 km, bandara di 15 lokasi, 47 unit bendungan, dan gedung bertingkat publik sebanyak 7.062 unit,” paparnya.
Sementara dari sisi nilai proyek Benny memberi gambaran, untuk pembangunan jalan tol diperkirakan mencapai Rp125 miliar per km. Dengan asumsi pembangunan 25 km jalan tol, maka nilai pasar pekerjaan sipil mencapai Rp1,25 triliun sedangkan pekerjaan beton dan aspal Rp1,25 triliun.
Lalu pekerjaan sipil untuk pembangunan jalan mencapai 40 persen sedangkan pekerjaan beton dan aspal sekitar 40 persen dengan nilai masing-masing Rp 50 miliar. Sementara itu, nilai proyek untuk pembangunan bendungan diestimasi mencapai Rp 1 triliun per bendungan, dengan komposisi pekerjaan sipil 60 persen dan beton 30 persen.
Hal ini berarti untuk setiap bendungan, nilai pekerjaan sipil mencapai Rp 660 miliar dan beton Rp 330 miliar. Potensi pasar untuk pekerjaan sipil di proyek bendungan mencapai Rp 31 triliun sedangkan untuk struktur beton sebesar Rp 15,5 triliun.
“Seluruh pekerjaan konstruksi infrastruktur membutuhkan jasa pendukung konstruksi berbasis alat berat yang sesuai dengan kompetensi PP Presisi. Fakta tersebut membuat kami jadi pemain terbesar di industri konstruksi berbasis alat berat untuk pekerjaan sipil dan struktur bangunan," ujar Benny.
Pekerjaan sipil yang dikerjakan PP Presisi mencakup gali dan urug (cut and fill), soil ripening (pematangan lahan), ready mix concrete, asphalt hotmix, dan rigid pavement. Sementara itu, pekerjaan struktur bangunan meliputi pembangunan fondasi (bore pile), pembuatan struktur bangunan (form work) dengan bekisting (cetakan), dan pengecoran beton ready mix. Perseroan memiliki armada form work seluas 27.000 meter persegi dan 8 pabrik ready mix.
Dipaparkannya, sejumlah perusahaan konstruksi nasional dan internasional telah menggunakan jasa PP Presisi, seperti PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Hutama Karya (Persero), PT Istaka Karya Persero, PT Nindya Karya (Persero), PT Brantas Abipraya (Persero), PT Acset Indonusa Tbk (ACST), PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), PT Jagat, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), PT PP Taisei Indonesia Construction, dan PT Leighton.
Jasa Perseroan juga menggarap proyek dari perusahaan properti, seperti Kota Deltamas dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Adapun perusahaan non-konstruksi yang menjadi klien PP Presisi seperti PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), PT Pertamina EP (Persero), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Pama Persada, Dongfang Electric, Noble Energy, dan HEC China Harbour.