TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Air minum kemasan Prof sudah dipasarkan di seluruh wilayah Kalsel, Kalteng dan sebagian di Kaltim. Kini PT Bandangantirta Agung selaku perusahaan air kemasan Prof terus mengembangkan teknologi proses produksinya.
Berdiri sejak 1991 satu shif atau tujuh jam kerja di PT Bandangantirta Agung Desa Bentok Batibati Tanahlaut itu untuk Prof Cup 220 ML sebanyak 17.350 dus, botol ukuran 330, 600, 1500 sebanyak 4.500 dus, galon 19 liter sebanyak 3.200 galon dengan jumlah karyawan 160 orang.
Berstandar mutu SNI 6241 2015 air mineral, sistem jaminan halal. Perusahaan itu juga rutin menyalurkan dana CSR, di antaranya bantuan untuk desa sekitar, bantuan hari-hari besar keagamaan.
Baca: Pelaku Serangan Teror di Masjid Sinai Mesir Disebut Bawa Bendera ISIS
Direktur PT Bandangantirta Agung, Chendrawan Sugianto mengatakan, perusahaannya terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi.
Ada target-target yang harus dicapai hingga 2020 mendatang, tidak hanya peningkatan kapasitas produksi tetapi dibarengi dengan peningkatan infrastrukturnya.
"Menambah kapasitas dengan teknologi yang sangat canggih, menggunakan mesin robotik dan menggunakan mesin pertama terbesar di Indonesia Timur dengan kapasitas," katanya, Senin (27/11/2017).
Dia juga mengatakan, dengan kapasitas produksi yang besar tentu biaya produksi menjadi sangat murah dan bisa menguasai pasar yang tersisa. Pihaknya dalam enam bulan ini juga memproduksi brand kedua dari Prof yakni Galuh.
Dinamakan Galuh karena merujuk untuk segmen di Martapura dan sekitarnya, serta dari nilai historis pabrik pertama Prof di Kabupaten Banjar.
Baca: Andien Tempuh Perjalanan Belasan Jam ke Jakarta karena Bandara Bali Ditutup, Apa Reaksi Bayi Kawa?
Dirinya bersyukur air kemasan Galuh diterima masyarakat sebagai produk kedua dari Prof, karena harganya lebih murah.
"Kualitas antara Prof dan air kemasan gelas Galuh sama, membedakannya hanya pada kemasan yang mana biaya produksi beda sedikit," imbuhnya.
Menjadi targetnya, omset pada 2020 Rp 1 miliar per hari, saat ini rata-rata di 70 persennya dari air minum kemasan ini. Tentunya menjadi pertimbangannya ditengah market yang turun 20 persen, bersyukur Prof punya segmen tertentu.
Strategi pasar yang dijalankannya adalah agresif dan ditengah agresif itu pasti mengisi ceruk-ceruk pasar yang belum diisi kompetitor atau ceruk pasar yang vakum.
Menjadi strategi lainnya adalah, dalam dua tahun ini harga tidak naik. Dirinya bersyukur di Banjarmasin sebagai pemula memberikan edukasi agar masyarakat teredukasi dengan air kemasan.
Ditegaskannya, PT Bandangantirta Agung merupakan perusahaan yang berkontribusi untuk daerah.
Mulai dari setoran pajak terbanyak di 2017 dan perusahaan daerah yang punya lahan konservasi menjaga air bawah tanah dengan total area 10 hektar hutan alam. (Banjarmasin Post/M Hasby Suhaily)