News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Daya Beli Masyarakat Bergeser Ke Pariwisata dan Restoran

Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjung antre melakukan pembayaran di kasir Toko Matahari, di Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat, Rabu (22/11/2017). Menjelang ditutup penuh pada Minggu (3/12) nanti, Gerai Matahari ini menggelar diskon besar-besaran dalam rangka cuci gudang sebelum penutupan karena habisnya kontrak di mal itu. (Warta Kota/Alex Suban)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tutupnya sejumlah toko retail makanan dan busana di Indonesia diduga akibat maraknya situs belanja online dan melemahnya daya beli masyarakat.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sri Soelistyowati menampik perkiraan tersebut.

Menurut data, semarak gaya belanja online hanya dilakukan oleh masyarakat kota, sedangkan masyarakat daerah masih menerapkan sistem berbelanja langsung ke pusat perbelanjaan.

Dari survey yang dilakukan perubahan gaya belanja tersebut Sri Soelistyowati meyebutkan pergeseran hanya sebesar satu persen saja.

"Belanja online yang dilakuan penduduk Indonesia berdasarkan survei kita masih kecil baru 1 persen," ucap Sri Soelistyowati saat ditemui di acara temu media di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/12/2017).

Lebih lanjut Sri menjelaskan bukan daya beli yang menurun tetapi masyarakat saat ini lebih senang menghabiskan uang untuk berwisata atau kulineran.

"Kalau kita lihat orang meng-klaim mall sepi karena perubahan ke online, padahal konsumsi bergeser ke leisure, seperti hotel, restoran, budaya," papar Sri Soelistyowati.

Tingginya minat masyarakat pada pariwasat pun mengacu pada data triwulan III Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyebutkan belanja masyarakat seperti konsumsi makanan dan minuman turun dari kuartal tahun 2016 sebesar 5,24 persen menjadi 5,04 persen.

Dengan perbandingan waktu yang sama, indikator belanja Pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya turun dari 3,47 persen menjadi 2,00 persen, lalu perumahan dan perlengkapan rumaha tangga melemah dari 4,17 menjadi 4,14 persen.

Untuk kesehatan dan pendidikan naik tipis dari 5,36 persen menjadi 5,38 persen.

Lalu indikator transportasi dan komunikasi tumbuh melambat menjadi 5,86 persen dibanding 6,08 persen di kuartal III-2016.

Sedangkan restoran dan hotel tumbuh signifikan dari 5,01 pada kuartal III-2016 ‎menjadi 5,52 persen di kuartal III-2017.

Jika indikator tersebut dikalkulasikan konsumsi rumah tangga di kuartal III 2017 tumbuh 4,93 persen yang menurun dibanding kuartal II-2017 sebesar realisasi 4,95 persen dan kuartal III-2016 dengan raihan 5,01 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini