TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) membukukan laba bersih Rp 20,6 triliun pada akhir 2017 atau tumbuh 49,5 persen secara year on year (yoy).
“Pertumbuhan laba tersebut ditopang oleh dua segmen utama, yakni korporaasi dan ritel, terutama kredit mikro dan konsumer,” ungkap Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo, saat paparan kinerja di Kantor Pusat Bank Mandiri, Jakarta, Selasa (6/2/2018).
Tercatat, di tahun 2017, pembiayaan segmen korporasi mencapai Rp 264,2 triliun, naik 14,7 persen yoy sedangkan kredit retail tumbuh 13,7 persen yoy menjadi Rp 223,2 triliun.
Pencapaian tersebut juga didorong oleh kenaikan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 0,6 persen menjadi Rp 54,8 triliun dan peningkatan pendapatan atas jasa (fee based income) sebesar 16,4 persen menjadi Rp 23,3 triliun.
Sementara itu, Non Performing Loan (NPL) turun dari 4,00 persen pada 2016 menjadi 3,46 persen di 2017 sehingga memangkas alokasi pencadangan perseroan menjadi Rp 16,0 triliun dari Rp 24,6 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Penyaluran Kredit
Di sepanjang tahun 2017, Bank Mandiri menyalurkan kredit di sektor infrastruktur senilai Rp 141,0 triliun atau 58,7 persen dari total kredit sebesar Rp 240,1 triliun.
Kredit tersebut disalurkan kepada 8 sektor utama yakni Transportasi (Rp 31,3 triliun), Tenaga Listrik (Rp31,3 triliun), Migas & Energi Terbarukan (Rp18,4 triliun), Konstruksi (Rp15,5 triliun), Perumahan Rakyat & Fasilitas Kota (Rp10,6 triliun), Telematika (Rp9,3 triliun), Jalan (Rp7,6 triliun) dan lainnya (Rp 10,8 triliun).
Sementara itu, untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), Bank Mandiri menyalurkan kredit sebesar Rp 13,3 triliun, atau mencapai 102,6 persen dari target.
“Bank Mandiri terus menumbuhkan bisnis perseroan secara berkesinambungan dengan memperkuat struktur pendanaan melalui peningkatan dana murah, menjaga pertumbuhan biaya operasional serta penyaluran kredit,” kata Tiko.
Tercatat, hingga akhir tahun lalu, pengumpulan dana murah perseroan tercatat bertambah Rp 50,9 triliun, setara dengan kenaikan 10,4 persen yoy menjadi Rp 540,3 triliun.
Pertumbuhan itu ditopang oleh peningkatan tabungan sebesar Rp 34,6 triliun menjadi Rp 337,0 triliun, dan kenaikan giro sebesar Rp 16,3 triliun menjadi Rp 203,4 triliun.