TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk akan meningkatkan penyaluran kredit ke industri manufaktur. Pasalnya, saat ini investasi di sektor ini masih belum dominan.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan dengan adanya penyaluran kredit di manufaktur, bisa turut mendongrak pertumbuhan ekonomi dalam negeri di atas 5 persen.
“Penyaluran kredit manufaktur memang belum terlalu besar, kami dalami sektor manufaktur untuk bisa bergerak,” kata Tiko, dikutip Kamis, (8/10/2018).
Tercatat, di sepanjang 2017, BMRI sudah menyalurkan kredit sebesar Rp 729,5 triliun, sekitar 21,9 persennya disalurkan untuk sektor infrastruktur. Tiko menargetkan kredit ke industri manufaktur bisa tumbuh di kisaran 10-20 persen di tahun ni.
“Kalau pun naik, manufaktur bisa tumbuh 10- 20 persen ,” jelas Tiko.
Di tahun ini, BMRI juga berfokus pada penyaluran kredit di sektor perkebunan, mineral, batu bara dan sektor konsumsi seiring mulai pulihnya daya beli.
Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Ekonom Chatib Basri mengatakan, sudah saatnya pemerintah berinvestasi pada pengembangan sektor manufaktur, pasalnya, kata dia sektor inilah yang bisa menggerakkan pertumbuhan ekonomi.
Sepanjang tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mengalami kenaikan tipis ke posisi 5,07 persen. Capaian ini tercatat lebih tinggi dari tahun 2016 yang mana pertumbuhan ekonomi berada di level 5,03 persen.
“Kenapa pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan, tapi negara lain lompat dengan cepat, karena rata-rata negara yang pertumbuhan ekonominya cepat, basisnya adalah manufaktur,” kata Chatib.
Chatib menjelaskan, secara fundamental makroekonomi Indonesia cukup stabil, tapi sekarang saatnya adalah mengarah pada pengembangan sektor manufaktur.
“Makro sudah oke, kita sudah harus ke sesuatu yang lebih dari stabilitas makro, ya ke manufaktur,” kata ekonom yang pernah menjabat Menteri Keuangan di era SBY ini.
Namun, Chatib memberi catatan, manufaktur yang bisa dijadikan kriteria untuk bisa dikembangkan di Indonesia berbasis human capital, bukan pada high value technology. Kriterianya yang paling gampang, kata dia adalah yang berorientasi ekspor dan menyerap tenaga kerja,