News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Payung Produk Lokal Ini Sudah Diekspor Hingga Maldives

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Johanes Paulus

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Musim hujan datang, maka senjata yang paling utama adalah payung. Di Indonesia, salah satu merek payung yang cukup dikenal adalah Jope.

Produk ini merupakan karya anak bangsa, Johanes Paulus, yang merintis usahanya sejak 2008.

Melalui Istana Payung, perusahaan yang dibangunnya, ia memproduksi payung Jope antara 1.000—2.000 buah setiap bulannya.

Diakuinya, potensi bisnis payung di Indonesia masih sangat besar. Sebab, iklim di Tanah Air sangat mendukung, ditambah lagi dengan jumlah penduduk yang juga besar.

Selain di musim hujan, payung juga bisa dimanfaatkan untuk menghalau panas terik matahari.

Yang menjadi kelebihan payung lokal besutan Johanes adalah daya tahannya.

Selain itu, varian warna dan desain yang memikat juga menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap konsumennya.

Baca: Lamar Kekasih Setelah Mendarat dari Terjun Payung, Aksi Romantis Sang Prajurit TNI Tuai Pujian

Jope sangat kental dengan warna-warna yang cerah, sementara payung yang lain umumnya lebih didominasi warna-warna gelap.

Modelnya juga beragam dari payung lipat, payung panjang, payung golf, dan payung terbalik.

Johanes menyebut, selama ini konsumen Jope banyak berasal dari kalangan perusahaan dan instansi pemerintahan.

“Bagi sebuah perusahaan atau instansi tertentu, kualitas payung, yang biasanya dijadikan souvenir, itu penting. Sebab, kalau payungnya mudah rusak, kesan perusahaan tersebut akan menjadi jelek. Dengan kata lain, souvenir semisal payung saja, itu bisa menunjukkan citra perusahaan,” katanya.

Dengan kualitas yang diberikan, tak ayal banyak konsumennya yang tak mau beralih ke merek lain.

Di antara ratusan merek yang ada, Jope selalu menjadi merek payung pilihan sejumlah kalangan.

Bahkan, ketenaran Jope tidak hanya di dalam negeri, tapi juga telah bergeser ke luar negeri seperti Singapura dan Maldives.

“Kami kuat di online, reseller kami berjumlah ratusan, sehingga kami bisa menyasar pangsa mancanegara," katanya.

Johanes tak melulu mengejar keuntungan.

Bikin payung tak asal laku dan murah, tapi juga bagaimana menciptakan produk yang durability (tahan lama dan tidak mudah rusak –red). Salah satu terobosan yang dilakukannya, misalnya, saat ini sedang ramai payung terbalik, jika yang lain masih manual, Johanes membuat yang otomatis.

“Payung terbalik buat mobil ini sedang banyak dicari. Kami selalu hadir dengan inovasi sekaligus menjadi pembeda dengan merek lain, dimana kami buat yang otomatis,” katanya.

Selain itu, bahan kain yang dipakainya adalah waterproof, sehingga lebih mudah kering.

Dari sisi rangka, ia memilih bahan yang anti karat.

Demikian pula dengan kualitas gagangnya, ia selalu menampilkan kesan berkualitas premium nan mewah.       

Nah, bagaimana dengan harganya? Johanes menjawab, payung Jope buatannya dibanderol dari harga Rp40 ribu–Rp200 ribu.

Baca: Duh, Pacar Al Pergi Berlibur dengan Pria Lainnya di Malvides

Bahkan, ia boleh berbangga, sebab beberapa pabrikan payung dari Taiwan, China, dan Srilanka juga pernah datang kepadanya untuk mengajak kerjasama dalam produksi payung.

Umumnya, mereka mengenal aneka produk Jope Umbrella dari media online.  

“Bagi saya, membuat produk yang lebih baik dari yang ada di pasaran dengan harga yang sama akan membuat konsumen puas dan memiliki pengalaman tersendiri, sehingga membentuk kesan mendalam dan tak terlupakan. Itulah sesungguhnya yang dinamakan dengan promosi. Ke depan, saya berharap agar Jope menjadi merek terdepan dalam industri payung di dalam negeri,” kata Johanes.  

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini