TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang Amerika Serikat (AS) juga dialami oleh mata uang lainnya dari banyak negara.
Hal itu terjadi karena adanya sentimen global seperti kebijakan bank sentral AS yang berpotensi meningkatkan suku bunga acuan.
Baca: Bayi Berusia 25 Hari yang Berhasil Diselamatkan dari Penculikan di Depok Perlu Minum ASI Per 2 Jam
"Urusan kurs ini hampir semua negara. Ini fenomena pasar global yang semua negara juga mengalami. Semua negara juga sedang bergejolak kursnya. Kena dampak dari kebijakan-kebijakan terutama kenaikan suku bunga di Amerika Serikat," ucap Presiden Joko Widodo usai menghadiri pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2018 di Hotel Grand Sahid Jaya, Senin, 30 April 2018.
Meski demikian, Presiden Joko Widodo menjelaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih dalam kondisi yang baik.
"Saya yakin bahwa fundamental ekonomi kita ini baik. Ada pertumbuhan, inflasi juga bisa kita kendalikan kurang lebih 3,5 persen, ekspor kita juga masih baik. Artinya fundamental makro kita baik," kata Presiden.
Baca: Korban Tewas Gara-gara Minum Alkohol Campur Minuman Suplemen Sempat Menderita di Hutan Arcapela
Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo menyebut bahwa pemerintah tidak akan mengintervensi Bank Indonesia (BI).
"Pemerintah tidak akan intervensi urusan moneter karena ini nanti kebijakannya ada di BI," tandasnya.