News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Peran Ari Soemarno di Proyek Regasifikasi LNG di Bojonegara Menurut CEO Kalla Group

Penulis: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota Komisi VII DPR RI Satya Widya Yudha (kanan) bersama Pengamat Ari Soemarno (dua kanan) menjadi pembicara dalam Forum Energizing Indonesia (FEI) di Jakarta, Senin (28/11/2016). Forum Energi yang digagas oleh alumni Universitas Indonesia ini mengambil tema 'Penyesuaian Harga Gas Untuk Industri - Gas Bumi Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional.' TRIBUNNEWS/HO

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Ari Soemarno, adik Menteri BUMN Rini Soemarno, sempat disebut-sebut ada dalam rekaman percakapan antara Rini Soemarno dan Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basyir yang bocor ke media belakangan ini.

Ada tudingan sebagian kalangan ada bagi-bagi saham di proyek regasifikasi LNG di Bojonegara, Banten, yang diduga terkait dengan potongan isi rekaman yang menimbulkan kontroversi tersebut.

Lalu bagaimana tanggapan PT Bumi Sarana Migas (BSM) sebagai penggagas proyek tersebut?

Bos PT Bumi Sarana Migas yang juga CEO Kalla Group, Solihin Kalla menjelaskan, proyek regasiifkasi di Bojonegara ini merupakan gagasan dari Kalla Group yang kemudian ditawarkan kerjasama kepada PT Pertamina (Persero) pada tahun 2013. 

Proyek infrastruktur Terminal Regasifikasi LNG ini akan dibangun dengan tingkat kehandalan yang tinggi serta kompetitif dibanding dengan terminal yang ada di Indonesia dan di regional.

Untuk itu, pada tahun 2013 BSM meminta Ari Soemarno bergabung sebagai Koordinator Senior Proyek LNG di Bojonegara, Banten.

Proyek terminal regasifikasi LNG ini akan menjadi salah satu cara mengefisiensikan pendistribusian gas. 

”Penunjukan Pak Ari sebagai Kalla Group Senior LNG Project Coordinator didasarkan pada profesionalitas dan keahlian beliau yang sudah puluhan tahun menggeluti sektor LNG,“ ungkap Solihin Kalla dalam keterangan persnya kepada Tribunnews, Selasa (1/5/2018).

Menurut Solihin, proyek terminal regasifikasi LNG di Bojonegara dibangun untuk mengantisipasi ancaman defisit gas di Jawa bagian Barat dan adanya kesiapan lahan yang  dimiliki oleh anak perusahaan Kalla Group sejak tahun 1990-an.

Rencana pembangunan proyek ini sejalan dengan keinginan pemerintah, agar perusahaan swasta mau berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur. 

Setelah melalui diskusi dan kajian bisnis di internal Kalla Group yang dipimpin oleh Senior LNG Project Coordinator yang berpengalaman, pada tahun 2013 diputuskan menunjuk salah satu konsultan teknik dari Jepang yang berpengalaman dan memiliki teknologi terbaik, dalam merancang bangun Terminal Regasifikasi LNG.

Baca: Bos Kalla Group Bantah Cuma Modal Lahan di Megaproyek Regasifikasi LNG Banten

Konsultan tersebut kemudian diminta melakukan studi kelayakan pendirian Terminal Regasifikasi LNG. Hasil kajian Konsultan Teknik menunjukan bahwa lokasi tersebut sangat ideal untuk dimanfaatkan sebagai Terminal Regasifikasi LNG di darat.

Menurut Solihin, pada 12 Mei 2014 MoU kerjasama BSM dan Pertamina ditandatangani dan kedua pihak setuju untuk melakukan joint study.

BSM setuju untuk mengalokasikan 30 ha lahan dan mengajak Tokyo Gas Co Ltd dan Mitsui untuk bermitra dan membentuk joint venture Terminal Regasifikasi dengan kapabilitas pendanaan, teknologi, dan operasional pengelolaan terminal dan distribusi.

Dia menambahkan pada 1 April 2015 Pertamina telah meneken pokok-pokok kesepakatan (head of agreement/HoA) dengan BSM untuk membangun terminal penyimpanan dan regasifikasi LNG Bojanegara senilai USD500 juta.

Dari hasil kajian lebih dalam diputuskan bahwa Pertamina harus mengamankan pelanggan terbesarnya, yaitu PLN.

Karena itu PLN sebagai off-taker diajak dalam kepemilikan Proyek LNG di Bojonegara dan pembahasan terus berlanjut hingga awal tahun lalu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini