News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gejolak Rupiah

Usai Libur Panjang, Rupiah Terancam Melemah

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang karyawan saat menghitung mata uang dalam bentuk pecahan Rp 50.000 dan pecahan Rp 100.000 di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat akan diputuskan dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 13 Juni mendatang.

Nilai tukar rupiah pun berpotensi besar mengalami pelemahan saat perdagangan kembali dibuka pasca libur Lebaran.

Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong mengatakan, potensi melemahnya rupiah ketika perdagangan dibuka pada 20 Juni nanti cukup besar.

Tanda-tanda meningkatnya sentimen negatif kenaikan suku bunga acuan AS sudah terlihat dalam dua hari terakhir.

“Tren penguatan rupiah tidak bertahan lama dan jelang libur panjang akhirnya rupiah mulai melemah,” paparnya, Jumat (8/6).

Baca: Usia 78 Tahun, Nenek Manih Hamil 7 Bulan Usai Dinikahi Pemuda 28 Tahun

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 13.932 per dollar AS pada Jumat lalu atau melemah 0,41% dibandingkan perdagangan sehari sebelumnya. Masih di hari yang sama, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia juga melemah 0,24% ke level Rp 13.902 per dollar AS.

Menurutnya, pelemahan nilai tukar mata uang tidak hanya terjadi pada Indonesia saja, melainkan juga negara-negara emerging market lainnya.

Ahmad Mikail, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia menyampaikan, tren pelemahan nilai tukar mata uang jelang agenda FOMC berpotensi terjadi pada negara-negara emerging market yang memilki defisit transaksi berjalan (current account deficit). Alhasil, sekalipun perdagangan di Indonesia tidak libur, rupiah berpeluang besar kembali mengalami tren pelemahan.

Dia menambahkan, pada dasarnya kenaikan suku bunga acuan AS bakal menjadi sentimen utama yang berpotensi melemahkan rupiah setelah libur lebaran berakhir nanti. Apalagi, kenaikan tersebut juga berdampak pada naiknya nilai Credit Default Swap atau persepsi risiko investasi Indonesia dan negara-negara emerging market lainnya.

Memang, pada pekan depan juga ada konferensi pers dari Bank Sentral Eropa (ECB) yang kemungkinan membahas kelanjutan pengetatan moneter di Eropa, termasuk respons terhadap keputusan The Federal Reserves. Namun, pengaruh sentimen tersebut tidak sebesar kenaikan suku bunga acuan AS.

“Efek kenaikan Fed Fund Rate cukup besar bagi rupiah karena sekitar 40% utang Indonesia berdenominasi dollar AS,” ujar Ahmad, Jumat lalu.

Menurut perkiraan Ahmad, jika kenaikan suku bunga acuan AS benar-benar terjadi, dalam jangka pendek rupiah masih akan bertahan di kisaran Rp 13.900—14.000 per dollar AS. Adapun hingga akhir tahun nanti, ia meramal rupiah akan berada di rentang Rp 14.000—14.100. Asumsi tersebut diperoleh dengan mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan AS sebanyak 3 kali di tahun ini.

Sementara itu, pada akhir Juni, Lukman memproyeksikan rupiah akan berada di kisaran Rp 13.850—Rp 14.000. Ia pun masih yakin rupiah dapat bertahan di bawah level Rp 14.000 per dollar AS pada akhir tahun nanti.

Berita Ini Sudah Dipublikasikan di KONTAN, dengan judul: Rupiah terancam melemah pasca liburan dan kenaikan Fed Fund Rate

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini