TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Total produksi garam di Indonesia dilaporkan mencapai 88.000 ton terhitung hingga Juli pekan keempat.
Jumlah tersebut berasal dari 21 tambak garam binaan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebanyak 69.000 ton dan produksi PT Garam sebesar 19 ribu ton.
Menurut Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Bramantyo Satyamurti Poerwadi, garam yang dihasilkan petambak difokuskan untuk memenuhi kebutuhan garam konsumsi.
“Total tambak binaan KKP ada 21 lokasi yang tersebar di Indonesia. Tapi mayoritas ada di Madura, Gresik, NTT. Semua dikelola dalam mekanisme koperasi. Meski ini fokus untuk garam konsumsi, kemarin ada juga industri yang serap,” ujar Bramantyo dalam keterangan pers yang diterima, Selasa (31/7/2018).
Ia menambahkan, untuk mengantisipasi garam tidak jatuh pada musim panen, KKP telah menyiapkan program resi bank bagi petambak yang mau menyimpan garam di gudang yang disediakan.
Resi Bank ini nantinya dapat ditukar ke bank rekanan untuk mendapatkan modal produksi. Sengan program resi bank ini diharapkan para petambak tidak perlu lagi khawatir dengan harga garam.
“Jadi harga tak jatuh. Kemarin sempat ada kabar harga anjlok dari Rp 8.000 ke Rp 2.000, karena pas lagi musim panen yang keluar banyak sekali. Ketika demand gak banyak harga jadi gak karuan,” imbuhnya.
Keterangan pers juga menyertakan konfirmasi ketua Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia, Toni Tanduk.
Menurutnya, sebagian garam lokal hasil panen dari petambak yang sedang berlangsung saat ini dapat diserap oleh sektor industri yang tidak memerlukan spesifikasi tinggi.
“Penyerapan garam lokal sedang berjalan, dan mungkin panen puncak pada akhir September hingga awal Oktober 2018. Total penyerapan berkisar 110.000 ton,” kata Toni Tanduk.