Laporan Reporter Kontan, Wahyu Tri Rahmawati
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berniat menaikkan tarif impor menjadi 25% pada US$ 200 miliar produk dari China. Besaran tarif ini naik dari sebelumnya 10%.
Perwakilan perdagangan AS (USTR) Robert Lighthizer mengatakan, Trump menaikkan tarif impor ini karena China menolak memenuhi permintaan AS dan malah menerapkan tarif balasan atas produk-produk AS. Trump mengambil keputusan ini pada Rabu (1/8/2018).
"Kenaikan tarif ini dimaksudkan untuk mendorong China mengubah kebijakan dan perilaku berbahawa serta menerapkan kebijakan yang akan mengarah pada pasar yang adil serta kemakmuran seluruh rakyat," kata Lighthizer dalam pernyataan yang dikutip Reuters.
Hingga saat ini belum ada pembicaraan resmi antara AS dan China setelah Trump meminta China mengubah kebijakan soal hak kekayaan intelektual, transfer teknologi, serta subsidi untuk industri berteknologi tinggi.
Baca: Hari Pertama GIIAS 2018 Sudah Dibuka untuk Umum Mulai Pukul 17.00 WIB
Pejabat pada pemerintahan Trump menyebut, bahwa AS masih membuka peluang pembicaraan dengan China.
Lewat pembicaraan informal, kedua negara mendiskusikan kemungkinan negosiasi yang membuahkan hasil.
Tarif baru ini akan berlaku pada barang-barang bernilai sekitar US$ 200 miliar yang disebutkan oleh USTR bulan lalu.
Besaran barang-barang yang kena bea masuk ini naik dari sebelumnya US$ 34 miliar, termasuk komponen elektronik China, mesin-mesin, mobil, dan barang-barang industri.
Trump pun mengancam penerapan pada lebih dari US$ 500 miliar produk China, yang merupakan hampir seluruh impor AS dari China.
USTR mengatakan akan memperpanjang periode sosialisasi daftar barang US$ 200 miliar dari sebelumnya 30 Agustus menjadi 5 September, jika tarif baru 25% diterapkan.
Baca: Asyik, Ada Mobil Listrik Wuling Baojun E100 yang Siap Curi Perhatian Pengunjung
Daftar barang yang dirilis pada 10 Juli lalu ini menekan konsumen AS. Produk-produk yang termasuk dalam kenaikan tarif misalnya ikan nila China, makanan anjing, furnitur, produk lampu, papan sirkuit, serta bahan bangunan.
Menanggapi ini, China mengatakan bahwa pemerasan tidak akan berhasil dan akan membalas AS jika mengambil langkah lanjutan yang menghambat perdagangan, termasuk menerapkan tarif yang lebih tinggi.
"Tekanan AS dan pemerasan tidak akan menimbulkan efek. Jika AS mengambil tindakan lebih jauh, China akan mengambil langkah penanggulangan dan dengan tegas melindungi hak-hak sah kami," kata Geng Shuang, Jurubicara Kementerian Luar Negeri China.