TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) mencatat penurunan laba bersih 49,28% secara tahunan atau year on year (yoy) sepanjang semester-I 2018 menjadi Rp 35,4 miliar dari periode sama 2017 Rp 69,8 miliar.
Hal ini bisa dilihat dari laporan keuangan yang disampaikan manajemen ke BEI, Selasa (31/7/2018).
Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui bahwa penurunan laba bersih ini disebabkan oleh terpangkasnya pendapatan bunga bersih 0,89% yoy menjadi Rp 555 miliar dari periode sama 2017 Rp 560 miliar.
Adapun penyebab turunnya pendapatan bunga bersih dipicu oleh penurunan penyaluran kredit sebesar 2,73% yoy menjadi Rp 18,6 triliun dari periode sama 2017 Rp 19,1 triliun.
Selain itu, biaya operasional bank juga naik 3,73% menjadi Rp 501 miliar dari periode sama 2017 Rp 483 miliar.
Jika dilihat lebih dalam, kenaikan biaya operasional disebabkan oleh kenaikan kerugian penurunan nilai aset keuangan terutama kredit 54% yoy menjadi Rp 68,4 miliar dari periode sama 2017 Rp 44,4 miliar.
Rasio kredit bermasalah bank Artha Graha sampai Juni 2018 memang cukup tinggi yaitu 4,92%. Namun turun 104 bps secara tahunan atau yoy dibandingkan periode sama 2017 di level 5,96%.
Dari laporan keuangan konsolidasi sampai Juni 2018, NPL ini mayoritas disumbang oleh tiga sektor yaitu industri, jasa, perdagangan dan konstruksi.
Dari NPL, ini bank menganggarkan cadangan kerugian penuruan nilai Rp 450 miliar atau naik 47,06% yoy dari periode sama 2017 Rp 306 miliar.
Dengan realisasi kinerja ini, total aset Bank Artha Graha sebesar Rp 28,8 triliun atau turun 0,56% yoy dari periode sama 2017 Rp 29 triliun. (Galvan Yudhistira)