TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengusaha sawit di dalam negeri meyakini kebijakan pemerintah yang mewajibkan campuran 20 persen bahan bakar nabati atau biodiesel (B20), bisa mengerek harga minyak kelapa sawit (CPO) hingga 50 dolar AS per metrik ton.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Togar Sitanggang, dalam acara diskusi di Jakarta, kemarin. Menurut Togar, adanya kebijakan tersebut juga berpotensi menaikkan permintaan CPO hingga 1 juta ton di akhir tahun ini.
“Program B20 maka ada tambahan demand sawit 1 juta ton yang bisa mengangkat harga sawit minimum 50 dolar AS per metrik ton,” kata Togar, Rabu (8/8/2018).
Seperti diketahui, saat ini rata-rata harga CPO berada di kisaran 540 dolar AS per metrik ton. Dengan demikian, diharapkan dengan kebijakan B20 harga CPO bisa mencapai 600 dolar AS per metrik ton.
Secara terpisah, Presiden Joko Widodo menyampaikan, kebijakan B20 bisa menghemat devisa hingga 5,9 miliar dolar AS per tahun.
“Saya minta dukung penuh ini supaya substitusi biodisel produksi lokal bisa kita optimalkan semaksimal mungkin,” kata Jokowi, di hadapan pelaku usaha industri otomotif saat acara Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Serpong, Tangerang, Kamis (2/8/2018).
Jokowi mengatakan, kebijakan tersebut ditempuh Pemerintah untuk mensubstitusi impor minyak agar tidak terus menekan defisit transaksi berjalan di tengah kebutuhan impor migas yang tinggi dan terus merangkaknya harga minyak dunia.
Dengan asumsi rata-rata harga minyak mentah (crude oil) di level 70 dolar per barel, dengan adanya kebijakan tersebut Presiden mengestimasi, peningkatan penyerapan biodiesel akan mengangkat harga minyak sawit, harga CPO menjadi 100 dolar per metrik ton.
“Lompatannya besar sekali kalau kita bisa mengimplementasikan itu maka negara bisa menghemat devisa sebesar 5,9 miliar dolar AS hampir 6 miliar dolar AS,” pungkas Jokowi.