Laporan Reporter Kontan, Tri Sulistiowati
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak orang bilang, membuka usaha butuh modal besar. Namun, hal itu tak berlaku bagi Mujiati. Sebelas tahun silam, dia merintis Sambal Cuk hanya dengan modal cabai 1-2 kilogram dan peralatan masak sederhana.
Lantaran memang hobi memasak, Muji, panggilan Mujiati pun tak kesulitan memulai usaha. Mulai dari menemukan resep dan pas dan proses memasak, ia jalani sendiri. Muji pun butuh waktu dua bulan untuk mendapatkan komposisi yang pas.
Untuk mempromosikan sambalnya, Muji kerab mengundang teman-temannya makan bersama dan membagikan contoh produk secara gratis. Tak disangka, mereka menyukai sambal buatannya dan ingin membeli untuk dibawa pulang.
Masih tercatat sebagai karyawati sebuah perusahaan kecantikan swasta, Muji sering membawa produknya saat perjalanan dinas untuk dibagikan kepada teman-temannya.
Permintaan pun terus berdatangan. Selain dari Surabaya, ada juga order dari luar kota. Sayangnya, pengiriman sambal ke luar kota lain tak mudah.
Baca: Hobi Bikin Sambal Antarkan Mujiati Sukses Jualan Sambal Cuk ke Pasar Luar Negeri
"Kemasan yang lama (botol plastik sederhana) selalu pecah saat pengiriman, sehingga harus kirim balik lagi, ini terjadi terus menerus," jelasnya.
Pantang menyerah, ibu dua anak ini terus mencari kemasan yang pas agar tidak rusak bila dibawa keluar kota. Akhirnya, dia pun menemukan kemasan baru berupa botol dengan tutup alumunium. Selain kualitas produk lebih terjamin, kemasan baru ini juga lebih aman saat pengiriman.
Baca: Gawat! Akun Whatsapp Bos Perusahaan Operator Seluler Tri Jadi Korban Peretasan
Belum menuai sukses, Muji harus rela menanggung rugi puluhan juta. Saat itu, seorang teman membawa Sambal Cuk untuk ikut pameran. Namun, uang hasil penjualan tak kunjung ia terima. "Waktu itu satu mobilnya dipenuhi sama sambal saya, setelah itu orangnya ngilang. Kejadian seperti ini saya alami sampai delapan kali," kenangnya.
Sejak itu Muji lebih berhati-hati dan tak mudah percaya dengan orang lain. Dia pun menerapkan sistem beli putus kepada reseller.
Saat itu pula, dia mulai menjalin kerjasama dengan berbagai toko oleh-oleh di Surabaya, Jawa Timur. Menurutnya, kerjasama tersebut lebih aman dan jelas. Terutama, soal penerimaan uang hasil penjualan.
Dirikan Pabrik Atasi Order
Sempat ditertawakan oleh teman-teman karena banting setir dari seorang profesional menjadi penjual sambal, tak menciutkan hati Mujiati dan suaminya. Mereka tetap fokus menjalankan roda usahanya.
Berbagai persoalan pun mereka hadapi. Termasuk saat kesulitan modal. "Saya terus berpikir bagaimana caranya dapat tambahan modal," ujar Muji.
Salah satunya, Muji mengikuti lomba wirausaha. Dia pun menang sebagai juara pertama dan mendapat suntikan modal Rp 1 miliar.
Dengan uang itu, ia membeli mesin baru dan memperbaiki tempat produksi.
Meski tak lagi bingung masalah modal, kendala yang dihadapinya kini adalah keterbatasan produksi.
Dampaknya, saat ada pesanan dalam jumlah besar Mujiati mau tak mau harus menolaknya. Dia mengaku, pernah menolak order dari Mongol dan Belanda.
Dia berencana untuk membangun pabrik sambal baru di area Jombang, Jawa Timur. Ia ingin pabrik punya kapasitas produksi yang besar supaya tak lagi menolak pesanan yang datang.
Selain itu, pembangunan pabrik tersebut dapat membantu meningkatkan kesejahteraan ibu-ibu rumah tangga disekitar lokasi pabrik. Sekedar info, Muji selalu melibatkan para ibu rumah tangga disekitar lokasi produksi. Pekerjaannya cukup sederhana, seperti mengupas kulit bawang atau petik cabai. Tujuannya, untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Dia pun berharap Pemerintah Kota Surabaya memberikan perhatian dengan memberi bantuan mesin untuk membantunya meningkatkan jumlah produksi. "Dengan begitu roda usaha saya bisa lebih kencang lagi dan skala usahanya meningkat dari usaha kecil menjadi menengah, serta membuka lapangan pekerjaan lebih besar," tegasnya.
Meski pemain sambal sudah menjamur di dalam dan luar Surabaya, Muji tetap santai. Menurutnya dengan adanya pesaing usaha akan membuatnya lebih kreatif untuk menciptakan resep atau menu baru.
Promosi offline dan online melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook masih rajin dia lakukan. "Ini untuk mengundang konsumen baru yang berada di luar kota," tegasnya.