Laporan Reporter Kontan, Ghina Ghaliya Quddus
TRIBUNNEWS.COM, NUSA DUA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ekonomi AS masih sangat mendominasi pergerakan nilai tukar rupiah. Mengutip Reuters pukul 5:35 WITA, rupiah di pasar spot tercatat sebesal Rp 15.244 per dollar AS.
“Hari ini kalau kita lihat, data di AS yang dipicu oleh yield 10 tahun bond AS yang meningkat luar biasa tajam sudah di atas 3,4%, ini unprecedented selama ini. Jadi, kami melihat dinamika ekonomi AS itu masih sangat mendominasi dan pergerakannya cepat sekali,” kata Sri Mulyani di Bali, Senin (8/10/2018)
Kalau dulu, lanjut Sri Mulyani, treshold atau batas psikologis imbal hasil obligasi AS tenor AS 10 tahun adalah 3%. "Sekarang sudah lewat 3%,” lanjutnya.
Baca: Nagita Slavina Marah Lipstiknya Dipakai Menggambar, Cara Cerdas Rafathar Minta Maaf Banjir Pujian
Ia mengatakan, dengan pesatnya ekonomi AS, maka kenaikan suku bunga global terutama AS itu pasti terjadi, dan mungkin akan lebih cepat.
“Memang kita harus berhati-hati dari sisi speed-nya, namun fleksibiliatas dari nilai tukar tidak bisa dihindarkan. Dia merupakan bagian dari respon lingkungan global yang masih terus berjalan,” ujarnya.
Baca: Ada Perubahan Syarat CPNS 2018 Terkait Akreditasi, Simak Penjelasannya dari Kemenpan RB
Menurut Sri Mulyani, pergerakan di pasar keuangan yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga AS adalah keseimbangan baru. Sebab, AS tadinya memiliki suku bunga nol dan saat ini sedang bergerak naik terus.
“Mereka akan satu kali lagi naikkan suku bunga tahun ini, ditambah tahun depan antara 2 kali-3 kali. Jadi, sudah bisa diprediksi. Di sisi lain, dari fiskalnya, APBN AS sendiri salah satu indikator sebagai indikasi apakah ekonomi AS akan overheating adalah suku bunga 10 tahun dari obligasi AS juga naik. Dua-duanya bergerak, yield bonds dan suku bunga The Fed,” kata dia.