TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fajar, lulusan dari SLB Pangudi Luhur sempat bekerja di perusahaan retail. Kontraknya tidak diperpanjang setelah ia bekerja selama satu tahun.
Tak banyak yang dapat dilakukan Fajar yang menyandang tuna rungu ini saat itu, sehingga suatu ketika dirinya mendapat info mengenai rekrutmen Go-Auto.
Ini merupakan salah satu layanan Go-Jek yang memenuhi kebutuhan perawatan kendaraan mulai dari cuci dan perawatan mobil, tune-up kendaraan, ganti oli dan aki, hingga bantuan darurat.
"Awalnya saya mendaftar karena rasa penasaran untuk mencoba. Saat pertama kali tes ada kekhawatiran juga, terutama karena kondisi saya. Namun ternyata baik sampai ke tahap tes tidak ada halangan, dan akhirnya terpilih jadi salah satu talent Go-Auto," kata Fajar seperti dikutip dari Otomotifnet.com di Jakarta, Rabu (12/4).
Menurut penuturan Fajar, sebelum menjadi talent Go-Auto, Fajar harus mengikuti tahapan assesment, training, dan tes.
Baca: Istri Bill Gates Puji GO-JEK Beri Banyak Manfaat Ekonomi lewat Teknologi
Pria asal Jakarta tersebut pun berhasil melewati semua tahapan itu dan selanjutnya butuh waktu 1-2 minggu untuk beradaptasi dengan aplikasi asli buatan Indonesia ini.
"Bersyukur sekali, ternyata memang rejekinya di sini. Ke depan saya ingin fokus bekerja semaksimal mungkin, semoga makin bisa dan makin banyak dapat pelanggan yang puas dengan pelayanan saya," tambah Fajar sambil menghela keringatnya.
Fajar melewati banyak tahapan sebelum memulai pekerjaannya sebagai teknisi Go Auto
Dengan Go- Auto, pelanggan tidak perlu mengantri atau menunggu seperti di bengkel konvensional pada umumnya, dan juga bisa memesan layanan tersebut di berbagai tempat seperti rumah, kantor atau bahkan di tempat perbelanjaan.
Setelah bekerja menjadi talent Go-Auto, jumlah order yang diterima Fajar pun melejit.
Baca: Pilpres 2019 Terberat Bagi Prabowo Subianto, Timses Jokowi-Ma'ruf: Kalau Sudah Tahu Ya Jangan Maju
Tak sedikit pengguna Go-Auto yang menyatakan kepuasannya dengan kerja Fajar. Selain memberikan perawatan kendaraan dengan baik, Fajar juga mendapat apresiasi dari pengguna jasanya.
Dalam dua minggu semenjak bergabung, dia sudah mendapatkan sekitar 30 orderan dan bisa mengantongi penghasilan sebesar Rp 2.500.000 juta, lebih baik dari pekerjaan sebelumnya.
Fajar mengaku senang lantaran tidak ada perbedaan perlakuan terhadapnya sehingga dia dapat bekerja dengan fokus.
“Saya senang berada di industri ini dan saya berharap dengan kesempatan yang diberikan Go-Jek, teman-teman disabilitas lain dapat turut berkembang,” tuturnya sembari mengajak penyandang disabilitas lainnya untuk mencoba kesempatan bergabung dengan Go-Jek.