Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Sekretaris BUMN Said Didu mengatakan saat ini terdapat genderuwo ekonomi di sejumlah sektor pemerintahan dan perekonomian.
Mulai dari sektor anggaran, minyak bumi dan Gas, Minerba, dan penegakkan hukum. Genderuwo ekonomi tersebut menurut Said sangat merugikan negara.
"Nah sektor Migas itu yang paling besar, penguasaan lahan itu besar juga. Jadi sebenarnya tidak sampai 10 sektor," kata Said Didu dalam diskusi 'Genderuwo Ekonomi' di Posko pemenangan Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, (14/11/2018).
Genderuwo ekonomi tersebut kata Said Didu merupakan isitilah terhadap mereka yang menggunakan lobi-lobi kekuasaan untuk kepentingan pribadi.
Baca: Sikapi Tantangan Kubu Jokowi, Dahnil Anzar: Jadi Bukan Bicara Masalah Mistik Seperti Genderuwo
Ia mencontohkan dalam masalah impor. Banyak importir mengunakan lobi-lobi kekuasaan demi mendapatkan jatah impor.
"Kita kan tahu siapa sih importir gula, kan itu itu aja dari dulu, yang saya katakan tadi itu orang itu istilah saya cukong kekuasaan, cukong kekuasaan ini penguasa berganti cukong nya tetap, negara ini jadi susah karena cukongnya tetap dan penguasanya berganti ganti," katanya.
Said yang juga pernah menjabat sebagai staf khusus Kementerian ESDM tersebut berharap pemerintah berani melawan para genderuwo tersebut.
Pemerintah tegas meminta para pelaku ekonomi atau pengusaha ikut aturan main yang berlaku tanpa menggunakan lobi kekuasaan.
"Caranya panggil baik hati hati, pilihan anda anda mau terus bisnis ikuti aturan kami, atau kami akan menghentikan anda. Diberikan pilihan dia, pilihan mau berbisnis baik atau mau berhenti, mumpung lagi berkuasa gitu kan," pungkasnya.