TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kurs rupiah relatif stabil terhadap dolar AS setelah Bank Indonesia memberi kejutan ke pasar pekan lalu dengan menaikkan suku bunga acuan untuk yang keenam kalinya tahun ini.
Kenaikan suku bunga ini dapat membatasi arus keluar modal dan mendukung Rupiah, namun dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Pertanyaannya, dengan ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve di bulan Desember nanti, mampukah penguatan rupiah bertahan?
Baca: Seusai Buka Suara Soal Kisah Asmaranya, Reino Barack Blak-blakan Komentari Unggahan Syahrini
"Ekspektasi kenaikan suku bunga AS, mata uang pasar berkembang seperti rupiah tetap tertekan karena ketegangan dagang yang berkelanjutan dan kekhawatiran mengenai perlambatan pertumbuhan global," ungkap Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM dalam paparan riset valasnya kepada Tribunnews, Rabu (21/11/2018).
Lukman Otunuga menyatakan, jika pasar terus menghindari risiko, Rupiah seperti mata uang pasar berkembang lainnya terancam melemah.
Terangkat oleh Arus Safe Haven
Lukman juga menjelaskan, kewaspadaan pasar membuat investor memburu dolar AS yang tetap menjadi mata uang pilihan di saat yang serba tidak pasti.
Indeks kurs dolar AS memantul menuju level 96.30 pada saat laporan ini dituliskan dan berpotensi terus menguat karena ekspektasi kenaikan suku bunga di bulan Desember.
Baca: Bikin Macet Tol Japek, Menhub Stop Sementara Proyek LRT dan Kereta Cepat Jakarta-BDG Sampai Lebaran
"Prospek jangka pendek dan menengah dolar AS tetap sangat bullish, namun prospek jangka yang lebih panjang masih menjadi tanda tanya," ungkap Lukman Otunuga.
Dia menambahkan, komentar hati-hati dari pejabat Fed Jumat lalu membuat investor mengevaluasi kembali langkah kenaikan suku bunga Fed setelah 2019.
Baca: First Media Nyatakan Sanggup Cicil Tunggakan Frekuensi, Sikap Kominfo Kok Jadi Mengambang
Jika ketegangan dagang berdampak negatif pada pertumbuhan global dan pasar berkembang anjlok karena apresiasi Dolar, Fed mungkin memperlambat siklus pengetatan moneter.
"Dari aspek teknis, Indeks Dolar masih berisiko terus melemah apabila bulls tidak berhasil mempertahankan level support 96.00," demikian Lukman Otunuga.