TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melihat adanya peluang besar dalam menekan impor komponen otomotif.
Satu caranya dengan memberdayakan Industri Kecil Menengah (IKM) di bidang otomotif untuk memasok mata rantai produksi industri otomotif nasional.
"Selain itu, kami mematok target pada 2019 jumlah mitra tier (pemasok) Agen Pemegang Merek (APM) dan industri besar menjadi tiga kali lipat atau sekitar 45 perusahaan," ujar Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih dalam acara Link and Match IKM Komponen Otomotif dengan Tier APM dan Industri Besar di Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Baca: Pakar Mikro Ekspresi Ungkap Ini saat Roy Marten Bantah Ada Orang Ke-3 di Pernikahan Gading-Gisel
Dikatakan, potensi besar IKM untuk memasok komponen otomotif juga datang dari Jepang.
Ia menyebut tahun lalu negeri Sakura mengundang Indonesia dan beberapa negara lain guna menyuplai komponen industri otomotif di sana.
Jepang dalam 10 tahun mendatang mengaku akan kewalahan memenuhi kebutuhan komponen industri otomotifnya.
Baca: JK Minta Polisi Agar Terbuka dan Adil Proses Laporan Dugaan Mark-Up Dana Kemah Pemuda Islam
Ditambah lagi impor suku cadang kendaraan bermotor Indonesia meningkat 33 persen pada tahun 2018 menjadi US$2,06 miliar.
"Artinya ini potensi besar bagi IKM untuk mampu tumbuh dan menggenjot industrinya," kata Gati.
Semakin ketatnya persaingan industri, mendorong pemerintah untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan dan daya saing industri kecil dan menengah.
Khusus dalam Industri Kecil Menengah (IKM) komponen otomotif.
Untuk itu pemerintah terus mendorong terciptanya kemitraan IKM otomotif dengan tier Agen Pemegang Merek (APM) dan Industri lebih besar.
Untuk tujuan tersebut Kemenperin memfasilitasi kebutuhan tersebut dengan mengadakan Link and Match IKM Komponen Otomo Link and Match IKM Komponen Otomotif dengan Tier APM dan Industri Besar tif dengan Tier APM dan Industri Besar: dengan tema : "Peningkatan Penggunaan Komponen Lokal Industri Otomotif”.
Kegiatan Link and Match ini merupakan langkah nyata Kementerian Perindustrian dalam memperkuat peran IKM di dalam struktur industri nasional.
Dihadiri 19 tier APM dan industri besar serta 100 IKM otomotif dari seluruh Indonesia, acara ini sudah kali ketiga dilaksanakan.
Kegiatan Link and Match antara IKM dengan Industri Besar ini bukan hanya memberikan kesempatan bagi IKM dalam memperoleh akses pasar tetapi juga bagi industri besar dalam memperoleh informasi mengenai kemampuan dan keberadaan calon mitra IKM.
Direktur IKM Logam Mesin Elektronika dan Alat Angkut Endang Suwartini mengatakan bahwa tujuan utama kemitraan tersebut guna memperbaiki mindset terlebih dahulu.
“Jadi sebelum bermitra harus punya mindset atau budaya kerja yang bagus seperti yang diterapkan perusahaan-perusahaan yang di Jepang itu, arahnya ke sana,” ujarnya.
Endang mencontohkan, untuk tier 3 dan tier 4 sebenarnya pekerjaan yang didapat itu masih dalam tahap yang mudah. Misalnya stamping (pencetakan metal) atau pekerjaan lain.
Baca: Saran Ketua DPR Agar Dapat Menikmati Bonus Demografi Sampai 2030
Dalam kegiatan ini IKM akan belajar bagaimana karakter dari perusahaan-perusahaan Jepang.
“Jadi yang utama diambil adalah mindset-nya dulu, budaya kerjanya dulu kemudian pasti berkembang ke hal-hal lain,” harapnya.
Untuk menjalin kemitraan dengan industri besar, seperti Jepang misalnya IKM kita harus memahami budaya kerja mereka.
Ending mengatakan, perusahaan Jepang akan meminta IKM melaksanakan prinsip 5R yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke/5S).
“Jadi tidak bisa mendadak langsung bermitra ada tahapannya , misal betulin dulu proses produksinya , system mutu dan lain-lain,” ucapnya.
Sesuai dengan tema Link & Match kali ini yaitu "Peningkatan Penggunaan Komponen Lokal Industri Otomotif”, pemerintah mendorong agar komponen yang dipakai dalam industri otomotif lebih banyak dari dalam negeri, IKM inilah yang akan menjadi supiernya.
“Tapi memang, bahan produksi komponen seperti baja, masih impor, plastic, rubber masih impor terutama baja. Satu kesulitan perkembangan IKM komponen itu ya di situ,” kata Endang.
Perlu diketahui pasar otomotif adalah supply global chain.
Pembuatan komponen otomotif tidak semua komponenya berasal dari satu negara.
“Misal membuat komponen mesin di negara A, komponen body di negara B, komponen velg di negara C dan kemudian itu dijadikan satu, itu global tapi yang menguasai semuanya secara internasional ya Jepang, Negara-negara lain masih sebagai penyuplai nah kita harus mampu menguasai salah satunya dan itu jadi keharusan,” tegas Endang.
Sementara itu Kasubdit IKM Alat Angkut Ditjen IKM Irvan Kuswardana mengatakan, kegiatan ini menyasar IKM-IKM yang sudah mampu memproduksi komponen otomotif seperti sparepart, otomotif dan seterusnya.
“Biasanya IKM-IKM ini menjual di pasar after market. Harapannya selain mereka menjual ke after market juga bisa menjual ke APM melalui tier APM ini. Jadi ada rantai produskinya, dimana mereka akan memproduksi barang sesuai dengan order dari Tier APM-nya,” ungkap Irvan.
Dengan adanya Link & Match ini, kementerian berharap akan ada kontinuitas order.
“Karena jika berdasar pasar after sales kan penjualan belum pasti berapa terjual di pasar, kalau melalui APM kan akan ada kontinyu produksi dan penjualannya, dalam artian sudah ada target tetap produksi yang akan terserap pasar,” katanya.
Sejalan dengan tujuan utama event ini adalah meningkatkan akses pasar IKM.
Diharapkan produk-produk IKM ini akan lebih banyak terjual langsung ke perusahaan besar sehingga pangsa pasarnya bukan hanya after market tapi juga APM.
“Adanya kenaikan jumlah kendaraan ini kita berharap tidak hanya dinikmati oleh segelintir industri tapi bisa dinikmati seluas-luasnya oleh IKM komponen otomotif. Ini akan memberikan multiplayer cukup besar karena IKM ini jumlahnya besar dan memiliki tenaga kerja yang banyak, penyebarannya luas,” harapnya.