TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen belum juga tercapai. Padahal target ini merupakan target awal pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengakui, mengejar target pertumbuhan ekonomi 7 persen bukan perkara mudah.
"Ada berapa sih negara yang targetnya sama dengan realisasinya," ujarnya saat mengumpulkan para duta besar Indonesia di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (6/2/2019) malam.
"Dalam konteks ekonomi dunia yang memang sangat tidak stabil, bisa dikatakan bergolak," sambung dia.
Hingga 2018 lalu, jangankan pertumbuhan ekonomi 7 persen, 6 persen pun tidak sampai.
Berturut-turut pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015-2018 yakni 4,88 persen, 5,03 persen, 5,07 persen dan 5,17 persen.
Darmin teringat kritikan majalah The Economist terhadap pemerintahan belum lama ini. Kritik itu yakni soal target pertumbuhan ekonomi 7 persen.
Baca: Fadli Zon: Tahun 2009 Mega-Prabowo Pakai Konsultan Asing, Sekarang Tidak Lagi
"Sekarang dapatnya hanya sekitar 5 persen, Saya kira kritikan itu sih benar. Cuma ada berapa sih negara yang targetnya sama dengan realisasinya," kata dia.
Pemerintah kata dia sudah melakukan langkah radikal sejak awal pemerintahan Jokowi-JK. Salah satunya yakni memangkas subsidi BBM secara besar-besaran.
Akibatnya pemerintah memiliki banyak stok anggaran yang bisa dipergunakan untuk dua hal besar yakni pembangunan infrastuktur dan pemberian bantuan sosial kepada masyarakat.
Meski target pertumbuhan ekonomi 7 persen tak tercapai, namun Darmin mengatakan bahwa sejumlah indikator ekonomi makro lainnya membaik.
Termasuk angka pengangguran dan kemiskinan yang menurun.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul " Target Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Tak Tercapai, Darmin Akui Kritikan The Economist "