TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menilai pembangunan infrastruktur di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kurang efisien.
Sebab, banyak infrastruktur yang dikerjakan dengan terburu-buru tanpa studi kelayakan (feasibility study) yang benar. Namun, dia tetap menghargai usaha Jokowi dalam melakukan pembangunan infrastruktur.
Merespons pernyataan itu, Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic dan International Studies (CSIS) Deni Friawan mengatakan, seharusnya kritik itu diikuti dengan solusi nyata dari Prabowo sebagai kubu penantang supaya program pembangunan infrastruktur bisa lebih baik.
Bahkan, Prabowo cenderung mengakui dan memberi apresiasi kepada Jokowi sebagai petahana.
“Tidak ada kebaruan yang ditawarkan Prabowo sebagai penantang. Kritik tidak disertai dengan tawaran program-program konkret, atau strategi. Pernyataan-pernyataannya hanya bersifat jargon-jargon, misalnya bangun infrastruktur lebih cepat, bagaimana caranya,” ucap Deni dalam diskusi di kantor CSIS, Jakarta, Senin (18/2/2019).
Baca: Ketua OJK Bilang Utang ke Fintech Ilegal Sama dengan Utang ke Rentenir
Meski demikian, dia mengakui, kritik Prabowo itu ada benarnya.
“Pada tingkat tertentu, kritik itu ada benarnya. Ada beberapa proyek pembangunan yang terlalu terburu-buru atau FS-nya kurang,” ujar Deni.
Ada proyek infrastruktur yang dikerjakan tergesa-gesa, dan mengabaikan kualitasnya. Akibatnya, terjadi kecelakaan kerja karena kurang memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Deni mengingatkan pemerintah agar benar-benar melakukan pengawasan ketat terhadap semua proyek pembangunan infrastruktur.
“Mungkin karena terburu-buru, kualitas jalan kurang diperhatikan atau kecelakaan kerja terjadi kan banyak. Itu yang saya rasa perlu diperhatikan. Manajemen dari proyek itu,” imbuh Deni.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "CSIS: Tak Ada Kebaruan dari Kritik Prabowo Terkait Infrastruktur"