Sementara pihak Inalum masih harus menggelontorkan lagi dana investasi untuk eksplorasi dan pembangunan smelter, yang jumlahnya juga tidak kecil.
“Karena pemerintah tidak punya uang, kemungkinan kewajiban investasi itu akan ditutup lagi dengan utang baru,” tutur Said Didu.
Yang juga kurang menguntungkan pihak Indonesia, hingga tahun 2021 Inalum belum akan menikmati deviden FI.
Pasalnya, ada pergeseran eksplorasi dari tambang terbuka (open pit) ke tambang tertutup bawah tanah (underground).
Pergeseran ini akan menyebabkan pendapatan operasi FI menurun, sehingga pemegang saham tidak mendapat deviden, termasuk Inalum.
Rp 55 Triliun
Inalum merogoh kantong Rp 55 triliun untuk membeli tambang PTFI dengan kekayaan senilai Rp 2,400 triliun hingga 2041. Setelah 2022, laba bersih PTFI diproyeksikan sebesar Rp 29 triliun per tahun berdasarkan asumsi yang konservatif.
Inalum meningkatkan kepemilikan perusahaan di PT Freeport Indonesia (PTFI) dari 9.36% menjadi 51.2% pada Desember tahun lalu melalui pembiayaan dari institusi finansial ternama dunia.
Dalam dokumen yang diterbitkan Inalum, BNP Paribas dari Perancis, Citigroup dari Amerika Serikat dan MUFG dari Jepang disebutkan menjadi koordinator underwriter dalam penerbitan obligasi global Inalum pada November tahun lalu.
CIMB dan Maybank dari Malaysia, SMBC Nikko dari Jepang dan Standard Chartered Bank dari Inggris sebagai mitra underwriter.
Dalam dokumen tersebut juga dijelaskan jika tidak ada asset atau saham Inalum dan anak usaha, termasuk PTFI, yang digadaikan ketika perusahaan menerbitkan obligasi global senilai US$4 miliar dimana US$3.85 miliar atau Rp55 triliun digunakan untuk pembayaran saham PTFI dan sisa US$150 juta untuk refinancing.
"Saya rasa Freeport pun dulu tidak percaya bahwa kita bakal dapat pendanaannya. Sekarang seluruh dunia percaya kita, terus kenapa orang kita nggak percaya. Dan jangan takut bahwa ini nggak bisa bayar. Lho yang nggak bisa bayar siapa. Seluruh dunia percaya kita bisa bayar, kenapa kita minder," kata Direktur Keuangan PT Inalum Orias Petrus Moedak dalam sebuah diskusi di bulan Desember 2018.
Orias saat ini menjabat sebagai wakil direktur utama PTFI.
Obligasi Inalum terdiri dari dari empat seri dengan dengan masa tersingkat 3 tahun dan paling lama 30 tahun dengan tingkat kupon rata-rata sebesar 5.991%. Menurut dokumen Inalum, tidak ada asset.