TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Samuel Aset Manajemen memproyeksi tekanan dollar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang lainnya termasuk rupiah akan semakin berkurang. Ini karena ekanan global sudah mulai mereda dan kebijakan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) tidak lagi seagresif tahun lalu alias sudah lebih dovish.
The Fed diperkirakan akan menjaga tingkat suku bunga acuan atau the Fed Fund Rate di level 2,25 sampai 2,5 persen di tahun ini. The Fed diperkirakan hanya akan menaikkan suku bunga acuan satu kali tahun ini.
Ekonom Samuel Aset Manejemen Lana Soelistianingsih mengatakan, berkurangnya tekanan tersebut terlihat dari pergerakan rupiah yang sejak awal tahun mengalami tren penguatan. Hal itu tentunya sangat berbeda dengan kondisi di tahun 2018.
“Tahun 2018 dollar AS menguat terhadap seluruh mata uang lain di dunia, tidak hanya rupiah, rupiah tidak sendirian melemah, rupiah juga bisa dikatakan melemah tapi tidak terlalu buruk. Tahun ini sebaliknya, the Fed lebih dovish dan memberikan keyakinan terhadap investor bahwa resiko sudah turun, sehingga fokus investor global mulai beralih ke negara-negara non AS,” kata dia ketika ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (25/2/2019).
Lana mengatakan, kondisi Indonesia pun sudah mulai membaik sejak awal tahun ini. Hal itu bisa dilihat dari kembalinya aliran modal asing ke Tanah Air melalui pasar modal yang pada 22 Februari 2019 tercatat mencapai Rp 39,4 triliun.
Baca: 274 Rumah Tersapu Angin Puting Beliung di Sukabumi, 49 Rusak Berat
Lana bilang hal itu merupakan suatu yang wajar terjadi jelang Pemilihan Umum (Pemilu) dan sudah dibuktikan pada tahun perhelatan Pemilu sebelumnya.
Terakhir, Lana memproyeksi kurs rupiah hingga akhir tahun ini akan bergerak di level rata-rata Rp 14.400-Rp 14.600 per dollar AS.
Laporan Reporter: Rezha Hadyan
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul: Ekonom: Tekanan dollar AS terhadap rupiah berkurang tahun ini