TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rupiah kembali melemah pada perdagangan Rabu (6/3). Mengutip Bloomberg pada Rabu (6/3) rupiah ditutup melemah 0,11% ke level Rp 14.143 per dollar Amerika Serikat (AS).
Sementara itu, di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah menguat 0,12% ke level Rp 14.129 per dollar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah hari ini utamanya karena sentimen dari China. Asal tahu saja, China memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi di kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%, perekonomian China tumbuh hingga 6,6% pada tahun 2018.
Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah 6%, maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam 3 dekade.
“Sehingga pelaku pasar fokus terhadap kongres parlemen di China,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Rabu (6/3).
Baca: Viral Video Polisi-TNI Adu Jotos dan saling Dorong di Pinggir Jalan, Aksinya Jadi Tontonan Warga
Ia menambahkan, saat ini China ada pertemuan yang membahas lebih lanjut pertumbuhan ekonomi China yang melemah.
Ibrahim menilai proyeksi ekonomi China tak terlepas dari sengketa perang dagang dengan AS. Berbeda dengan China, AS nampaknya mendapatakan angin segar dari gencatan perang dagang.
Indeks dollar pada hari ini mengalami penguatan. Sebab, optimisme dari data non farm-payroll AS yang akan diumumkan dalam waktu dekat diproyeksikan di atas ekspektasi. Ia menilai investor saat ini lari ke dollar AS.
Adapun ia memprediksi mata uang Garuda pada perdagangan Jumat depan berada di Rp 14.170-Rp 14.135 per dollar AS. Sementara dalam sepekan ke depan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.200-Rp 14.085 per dollar AS.
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di KONTAN, dengan judul: Pelemahan rupiah terdorong sentimen perlambatan ekonomi China