News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sektor Migas Masih Defisit, Jonan: Dipakai untuk Kepentingan Nasional

Penulis: Ria anatasia
Editor: Fajar Anjungroso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meresmikan beroperasinya pipa transmisi gas open access Grissik-PUSRI (GrisPus) sekaligus meresmikan jaringan gas kota (Jargas) kota Palembang di saat bersamaan (31/3/2019).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor migas masih menjadi salah satu biang kerok defisit neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca perdagangan Januari sebesar USD 1,16 miliar.

Secara rinci defisit neraca migas sebesar USD 454,8 juta dengan rincian: minyak mentah defisit sebesar USD 383,6 juta, hasil minyak defisit USD 981,1 juta, dan hanya gas yang surplus USD 909,9 juta. Sementara neraca non-migas juga mengalami defisit USD 704,7 juta.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan, pemerintah lebih memanfaatkan energi untuk kepentingan nasional seperti pembangunan dibandingkan mengedepankan ekspor.

"Misalnya ada yang tanya, neraca dagang migas defisit. Pertanyaan saya energi mau digunakan sebagai alat pembangunan atau komoditi ekspor," kata Jonan dalam acara "Energi untuk Kedaulatan Negeri" di kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (2/4/2019).

Sebagai contoh, untuk komoditas gas, Jonan mengatakan 60 persen dari total produksi gas digunakan untuk dalam negeri.

Baca: Menteri Jonan: Harga Migas dan Minerba Tidak Terpengaruh Tahun Politik

Sementara untuk minyak, Indonesia terpaksa masih mengimpor akibat produksi domestik tak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut dia, kemampuan produksi minyak sebesar 770 ribu barel per hari, sementara konsumsi sebesar 1,2 juta barel per hari.

"Tapi sebenarnya akhirnya minus karena gas dipakai untuk nasional. Kalau diekspor semua pasti plus (neraca migas)," ucapnya.

Untuk pembangunan sendiri, pemerintah berusaha untuk meningkatkan rasio elektrifikasi hingga 99,9 persen tahun ini. Dia mengungkapkan masih ada sekitar 160 ribu rumah tangga yang belum tersambung listrik.

"Sambungan listrik ke rumah-rumah ini memerlukan biaya Rp 550 ribu dan masih ada 160 ribu kepala keluarga yang tidak mampu untuk membiayai hal tersebut," kata Jonan.

"Kami langsung berikan penyambungan listrik secara gratis," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini