TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi kuartal pertama 2019 mencapai Rp 195,1 triliun atau naik 5,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Kepala BKPM Thomas Lembong menilai realisasi investasi kuartal pertama tersebut menjadi awal yang menunjukkan adanya potensi perbaikan realisasi investasi dari tahun sebelumnya. Ia bahkan meyakini, pertumbuhan realisasi investasi sepanjang tahun ini bisa kembali ke level double digit yaitu sekitar 10% - 12% year on year (yoy).
Namun, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat proyeksi tersebut akan sangat sulit terwujud. Terutama dengan kinerja realisasi investasi kuartal I-2019 yang jauh melambat dibandingkan tahun lalu yaitu 11,8% yoy.
"Target double digit sepertinya berat kalau melihat realisasi kuartal pertama ini. PMDN (penanaman modal dalam negeri) mungkin bisa bertahan double digit, tapi PMA (penanaman modal asing) akan sulit," ujar Lana kepada Kontan.co.id, Selasa (30/4/2019).
Baca: Mau Beli Xpander? Seperti Ini Paket Gratis Suku Cadang dan Oli yang Disiapkan Mitsubishi ke Konsumen
Pasalnya, Lana memandang, minat investasi asing pada sektor komoditas sumber daya alam yang selama ini cukup besar porsi dan nilainya, belum kunjung bergeliat. Tren harga komoditas yang masih rendah dan diliputi ketidakpastian membuat investor mengurungkan niatnya.
Baca: Land Rover Discovery Bermesin 2 Liter Resmi Mengaspal di Indonesia, Harga 2,499 Miliar
Adapun, BKPM mencatat PMA sepanjang kuartal I-2019 mencapai Rp 107,9 triliun atau turun 0,9% secara tahunan (yoy). Hingga akhir tahun, BKPM mematok target PMA sebesar Rp 483,7 triliun.
Sementara, realisasi investasi PMDN lebih baik yaitu tumbuh 14,1% yoy dengan nilai RP 87,2 triliun. Hingga akhir tahun, target PMDN ialah sebesar Rp 308,3 triliun. "Untuk itu, pemerintah harus jemput bola, bukan hanya sediakan karpet merah. Investasi di sektor SDA mesti dicari penggantinya yang sesuai denan kebutuhan kita, misal investasi untuk substitusi bahan baku impor," tutur Lana.
Menurut Lana, pemerintah mesti serius mengidentifikasi investasi asing apa saja yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan di dalam negeri. Misalnya, ekstrak bahan baku obat yang selama ini menjadi impor cukup besar Indonesia.
Setelah diidentifikasi, pemerintah melalui BKPM seharusnya lebih inisiatif mengincar investor-investor di sektor tersebut dan melakukan sosialisasi insentif, kebijakan, serta bernegosiasi. Toh, Lana tak memungkiri, fasilitas dan kebijakan insentif yang dikeluarkan pemerintah cukup banyak dan menarik.
"Kita undang investor bangun pabrik di sini, contoh pabrik ekstrak obat. Kita datangi langsung, apa kebutuhan investor dari Indonesia dan apa yang kita punya untuk memenuhinya. Jadi aktif," lanjut Lana.
Dengan realisasi investasi PMA kuartal pertama ini, Lana memproyeksi pertumbuhan realisasi investasi secara keseluruhan berat untuk berada di kisaran 10%-12% seperti perkiraan BKPM.
"Perkiraan saya, realisasi investasi bisa tumbuh 8% yoy saja sudah sangat bagus di tahun ini. PMDN masih sangat mungkin tumbuh double digit, tapi kalau PMA saya pikir sulit," tandasnya.
Reporter: Grace Olivia