News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Seperti di Australia dan Jepang, Pemerintah RI Kaji Penggunaan Angkutan O-Bahn

Penulis: Ria anatasia
Editor: Fajar Anjungroso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga melintasi skybridge atau jembatan penghubung antara Stasiun LRT Velodrome dengan halte bus TransJakarta di Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (21/6/2019). Jembatan yang terintegrasi antara moda transportasi massal LRT dengan TransJakarta ini pembangunannya hampir rampung dan bisa diakses warga dalam waktu dekat. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perhubungan tengah mengkaji penggunaan 'O-Bahn' sebagai alternatif pilihan angkutan massal perkotaan di Indonesia.

O-Bahn merupakan moda transportasi gabungan antara Bus Rapid Transit (BRT) dan Light Rapid Transit (LRT).

“Dengan semakin terbangunnya infrastruktur jalan, tentunya perlu dilakukan antisipasi agar masyarakat tidak memenuhinya dengan kendaraan pribadi. Caranya yaitu dengan mengoptimalisasikan angkutan massalnya,” jelas Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi pada Minggu (23/6) sore di Jakarta.

Budi mengatakan, Kemenhub tengah berupaya mengoptimalkan prasarana dan sarana Transportasi Massal Perkotaan di Indonesia guna mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang berdampak terjadinya kemacetan yang menjadi permasalahan serius di daerah perkotaan di Indonesia.

Berbagai macam angkutan massal perkotaan telah dibangun seperti Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT) dan Mass Rapid Transit (MRT).

“Tahun 2019 ini adalah era Kementerian Perhubungan untuk memperbaiki semua sarana dan fasilitas menyangkut angkutan umum. Kita juga harus cepat merespon karena beberapa kota besar di Indonesia sudah mulai mengalami kemacetan,” ujar Budi.

Sementara itu, Dirjen Perkeretaapian Zulfikri menyampaikan seiring dengan perekembangan teknologi, saat ini banyak dikembangkan moda angkutan massal seperti O-Bahn.

Menurutnya, O-Bahn dapat dibangun dengan biaya lebih murah dibandingkan dengan LRT, namun agak lebih mahal dibandingkan dengan BRT biasa.

“Kapasitasnya lebih besar dari pada busway, tapi lebih kecil dari LRT. Anggarannya memang lebih besar dari pada busway karena kita harus membangun beberapa ruas jalur," jelas Zulfikri.

Baca: British Army Musicians Tampil Di Stasiun MRT Dukuh Atas dan Terowongan Kendal

"Untuk tempatnya mungkin di luar dari Jakarta, karena itu kita perlu lihat lagi bagaimana masterplan kotanya. Maka kita perlu kaji lebih lanjut dan duduk bersama dengan Pemda dan stakeholder terkait,” lanjutnya.

Untuk diketahui, O-Bahn merupakan bagian dari sistem transit BUS cepat. O-Bahn ini memadukan konsep BRT dan LRT dalam satu jalur yang sama.

Bus ini memiliki roda pandu yang berada di samping ban depan bus. Roda pandu ini menyatu dengan batang kemudi roda depan, sehingga ketika bus memasuki jalur O-Bahn, supir tak perlu lagi mengendalikan arah bus karena roda pandu akan mengarahkan bus sesuai dengan arah rel pandu serta mencegah bus terperosok ke celah yang ada di jalur.

Sistem ini pertama kali diterapkan di Kota Essen, Jerman dan saat ini sudah digunakan di berbagai negara seperti Australia dan Jepang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini