TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemkeu) melonggarkan tarif bea masuk gula mentah dari India menjadi 5%. Apabila dirunut, aturan ini adalah hasil negosiasi dengan India agar bea masuk sawit Indonesia ke India juga diturunkan.
Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengaku kecewa dengan turunnya aturan tersebut. Pasalnya hingga saat ini dia merasa pemerintah belum mengupayakan peningkatan daya saing dari industri dalam negeri.
"Ini akan menjadi persaingan yang tidak sehat antara gula impor dengan gula produksi dalam negeri," jelas Soemitro, Jumat (28/6/2019).
Menurutnya dengan penurunan tarif tersebut, maka keran impor akan semakin terbuka lebar. Hal ini dapat mendorong kepentingan bagi beberapa pihak tertentu untuk menyalahgunakan dengan membuka juga impor gula rafinasi untuk kepentingan konsumsi.
Baca: Ada Diskon Lebih dari 80 Persen di Pameran Perlengkapan Bayi Mommy N Me di JCC Senayan
Padahal menurut dia, saat ini kebutuhan gula dapat dipenuhi oleh produksi gula dalam negeri. "Indonesia tidak perlu impor gula konsumsi karena panen raya baru akhir Juli, sementara itu hingga saat ini belum ada kelangkaan gula," jelas Soemitro.
Baca: Guru Bimbel di Tangsel Mengaku Sudah 2 Tahun Lakukan Praktik Pedofilia ke Muridnya
Selain itu, dia juga mengaku kecewa karena aturan tersebut memperlihatkan sikap pemerintah yang menganaktirikan petani tebu dan industri gula dalam negeri untuk kepentingan minyak kelapa sawit.
Ini akan menyebabkan sulit swasembada gula apabila terus-terusan dihantam gula impor."Saya menyesal petani tebu dikorbankan untuk petani sawit," tukasnya.
Reporter: Benedicta Prima
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Bea masuk impor gula India diturunkan, petani tebu merasa jadi korban sawit