TRIBUNNEWS.COM - Galih Saksono, Direktur Realti PT PP Properti Tbk (PPRO), optimistis pasar properti di Surabaya, Jawa Timur, masih sangat menjanjikan.
Karena itu, untuk pasar Surabaya dan Malang target marketing sale PPRO mencapai Rp 2,5 triliun, sedangkan target nasional sebesar Rp4,17 triliun.
Di Surabaya, menurut Galih, salah satu andalan PPRO adalah superblok Grand Sagara. Proyek ini sedang dipasarkan, terutama untuk Adriatic Tower setinggi 50 lantai dengan kapasitas 1.040 unit.
"Sudah dipasarkan sejak Desember 2018 lalu. Tahun ini kita berharap ada ledakan penjualan di Grand Sagara, terutama setelah peresmian cable car yang dibangun PPRO sebagai bagian dari CSR perusahaan. Cable car ini diharapkan bisa menarik pasar untuk datang dan berinvestasi di Sagara," kata Galih, dilansir Kompas.com.
Adriatic Tower sendiri dipasarkan dengan harga berkisar Rp380 juta sampai Rp 850 juta per unit, mulai tipe sampai tipe dua kamar tidur.
Galih menjelaskan, dalam proses membangun PP Property Suramadu menerapkan prinsip cashflow leadership sehingga modal yang digunakan untuk berinvestasi di Grand Sagara relatif jauh lebih kecil dari nilai revenue.
"Sekarang ini penjualan Adriatic sudah sekitar 30 persen, dan diharapkan tahun ini bisa terjual 50 sampai 80 persen. Kami yakin bisa masuk targetnya, karena sea view di sini bisa dinikmati di pagi sampai sore hari. Kalau malam dan gelap gulita akan terlihat Jembatan Suramadu yang terang benderang," tambah Galih.
Tahun ini pencapaian bisnis PPRO termasuk kinclong, terutama yang sebagian besarnya adalah proyek bangunan vertikal.
Pada Properti Indonesia Award (PIA) 2019 yang digelar pekan lalu PPRO dinobatkan sebagai Best Performing BUMN Developer.
Tak hanya itu. Dua proyek unggulan PPRO di Surabaya juga meraih penghargaan, yaitu: Grand Sagara, sebagai The Prospective Apartment Development in Surabaya dan Grand Shamaya sebagai The Highly Commended Premium Condominium Development in Surabaya.
"Beberapa proyek yang dibangun, terutama di Surabaya sukses menjadi ikon dan mendapatkan respon positif masyarakat.
Tahun ini mereka mematok target kenaikan pendapatan 17 persen, laba bersih 18 persen, dan pertumbuhan marketing sales 20 persen. Saat ini tidak banyak pengembang yang bisa mencapai itu," kata Hendry Tamzel, juri PIA 2019, yang mengamati kinerja pengembang BUMN ini dalam kurun 2 tahun.