News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menko Luhut: Miliuner Terbanyak Ada di China, Bukan Amerika

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, dalam acara Workshop 'Pemanfaatan Minyak Sawit untuk Green Fuel dalam Mendukung Ketahanan Energi dan Kesejahteraan Petani Sawit', yang digelar di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2019).

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan berharap Indonesia bisa cermat dalam melihat perubahan ekonomi secara global.

Ia pun membeberkan bahwa saat ini harus diakui, para miliuner lebih banyak berasal dari negeri tirai bambu Tiongkok, bukan dari negeri paman sam Amerika Serikat (AS).

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam acara 'Workshop Pemanfaatan Minyak Sawit untuk Green Fuel dalam Mendukung Ketahanan Energi dan Kesejahteraan Petani Sawit' yang digelar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

"Kita lihat sekarang miliuner terbanyak ada di Cina, bukan di Amerika, jadi terjadi perubahan global dan kita harus simak ini dengan cermat," ujar Luhut, di Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2019).

Baca: Mayat Berselimut Winnie The Pooh di Magetan Diduga Warga Timor Leste Korban Penculikan, Ini Faktanya

Baca: Hasil Pertandingan Indonesia Open 2019 Hari Pertama: 6 Wakil Indonesia Maju ke Babak Kedua

Baca: Ada Capital Inflow, IHSG Diprediksi Rebound

Luhut pun menegaskan bahwa untuk menjadi negara yang disegani, 'pikiran sempit' harus dihilangkan.

Ia berharap Indonesia tidak lagi menganggap keberadaan Tiongkok sebagai suatu masalah.

"Jangan kita membuat diri kita jadi seperti katak dalam tempurung, bahwa 'Cina itu masalah'," tegas Luhut.

Menurutnya, apapun bisa menjadi masalah jika tidak dikelola secara baik.

Sehingga Luhut menekankan, yang menjadi masalah bukan keberadaan Tiongkok, namun bagaimana pengelolaan terhadap apa yang selama ini dipandang negatif.

"Masalah mana saja (bisa menjadi) masalah, kalau tidak kita olah dengan baik, jadi pengelolaan ini yang saya kira penting," kata Luhut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini