Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM - Menyelam menjadi hobi mahal, mulai dari penyewaan peralatan, sewa kapal, biaya pemandu, dan lainnya butuh dana yang tak sedikit.
Belum lagi persyaratan wajib lisensi menyelam (diving license) yang harus dimiliki di beberapa spot khusus.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja menjelaskan kondisi ini membuat adanya potensi bisnis untuk dikembangkan.
Sjarief menyoroti keberadaan kursus diving yang tidak kalah menghasilkan pundi-pundi rupiah didominasi oleh asing.
Untuk mendapatkan seluruh materi hingga memeroleh lisensi, harga yang dipatok mencapai Rp 5 jutaan.
Baca: Dibayari Sky Diving Ratusan Juta, Raffi Ahmad Paksa Nagita Ikut : Aku Nikah Lagi atau Kamu Lompat ?
"Kondisi ini yang seharusnya dimanfaatkan generasi muda untuk menjadi potensi bisnis. Laut kita yang punya, terumbu karang kita yang punya tapi mengapa divingnya didominasi asing," ujar Sjarief saat acara bisnis dengan laut Indonesia di kantor KKP Jakarta, Sabtu (12/10/2019).
Dalam paparan distribusi spot diving di Indonesia jumlahnya mencapai 548, Wakatobi Sulawesi Tenggara memberi kontribusi terbanyak sebesar 30 titik menyelam disusul Derawan Kalimantan TImur (28), dan Cenderawasih Papua Barat (27).
Sjarief menegaskan bahwa prototipe lama bekerja kantoran menjanjikan masa depan sudah bukan lagi zamannya, karena opportunity laut nusantara jauh lebih besar.
"Rata-rata di setiap spot diving itu sudah ada pemain-pemain asing yang steady di sana. Mereka dari Perancis, Belanda, Italia, Australia tergabung dari komunitas," katanya.
Mewakili KKP, ia mengajak generasi muda untuk mulai antusias membangun bisnis diving tidak kalah seperti yang dilakukan asing.
"Mereka jual paket diving di website bekerjasama dengan airlines dan resorts. Di Raja Ampat Papua mereka bisa jual 1.000 Dollar AS (setara Rp 15 juta) per malam," papar Sjarief.