TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah terus mencari upaya alternatif untuk memenuhi kebutuhan pasokan daging sapi yang masih tinggi pada tiap daerah, penggunaan teknologi pun kini mulai diterapkan untuk bisa menekan impor.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya sempat mencanangkan agar Indonesia mampu melakukan swasembada daging sapi.
Namun, kebutuhan pasar terhadap produk peternakan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk.
Tingginya kebutuhan terkait daging sapi ini membuat pemerintah 'seolah terbelenggu' dan terus melakukan impor.
Seperti impor daging sapi dari Brasil sebanyak 10 ribu ton yang siap masuk Indonesia pada pekan pertama Oktober ini.
Upaya meningkatkan produktivitas peternakan khususnya produk sapi potong itu, satu diantaranya bisa diwujudkan melalui penerapan konsep 'integrasi sapi - sawit'.
Integrasi sapi-sawit ini dilakukan melalui pilot project dari teknologi dan penelitian yang tengah diaplikasikan di provinsi Riau, tepatnya di Kabupaten Pelalawan.
Konsep ini diharapkan mampu mendorong peningkatan perekonomian bagi peternak sapi skala rakyat.
Hal itu karena pemenuhan kebutuhan terhadap sapi potong ini masih belum mencapai target.
Pemerintah melalui institusi risetnya, yakni Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pun mencoba menerapkan teknologi untuk mengupayakan peningkatan produksi sapi yang diternak di lahan sawit.
Tribunnews pun menghubungi Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT Soni Solistia Wirawan untuk mengetahui seperti apa mekanisme dari pengintegrasian antara ternak sapi dan lahan sawit ini.
Ia mengatakan, konsep ini mampu mendukung pengembangan dan penerapan teknologi budidaya ternak sapi potong, karena digabungkan dengan pengelolaan perkebunan kelapa sawit.
Menurutnya, konsep ini bisa menjadi tolok ukur kemampuan pengintegrasian sapi -sawit dalam menekan impor daging.
"Kita ini masih perlu banyak sapi, daging kita kan 720 ribu ton tujuan kita, baru bisa terpenuhi lokal 400 sekian ribu ton. Berarti masih kurang, kekurangan itu kita masih penuhi dari impor kan, impor sapi juga, ada impor dagingnya," ujar Soni, saat dihubungi Tribunnews, Jumat (11/10/2019) malam.
Jika rekayasa teknologi pangan ini berhasil, maka kedepannya Indonesia tidak perlu melakukan impor untuk bisa memenuhi kebutuhan pasokan daging sapi.
"Nah kalau bisa kita memenuhi daging itu dari sapi kita sendiri, kan kita mengurangi impor," jelas Soni.
Ia kemudian menyampaikan bahwa ide dalam penerapan integrasi sapi -sawit ini sudah direncanakan sejak lama, namun pihak yang diajak untuk bekerjasama dalam pengimplementasian program percontohan ini masih 'minim peminat' saat itu.
Hal itu karena para petani khawatir keberadaan sapi di lahan sawit mereka dapat merusak lahan dan berdampak pada menurunnya jumlah produksi sawit.
"Karena (petani sawit khawatir) itu bisa mengganggu kan, bisa merusak tanaman sawit, bisa merusak tanahnya. Jadi produksinya bisa berkurang sawitnya," kata Soni.
Oleh karena itu, sebagai lembaga riset pemerintah, pihaknya mencoba menawarkan metode yang bisa menguntungkan bagi petani sawit dan peternak sapi dan tawaran itu mendapatkan sambutan positif.
Pilot project sistem integrasi sapi - sawit ini menggandeng Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan, dan diresmikan di Desa Beringin, Kabupaten Pelalawan, Riau, Jumat (11/10/2019).
"Nah ini yang kita pikirkan dengan metode bagaimana mengelola sapi di lahan sawit ya, ini kita coba dengan pilot project di sana dengan mekanismenya, jadi itu sudah berjalan dan ini yang kita resmikan," papar Soni.
Penerapan konsep integrasi sapi -sawit di kabupaten tersebut diharapkan bisa menjadi proyek percontohan penguatan sapi yang digembalakan di lahan sawit.
Dalam pilot project ini, Soni menyebut ada sekitar seratusan sapi yang dicoba dalam pengimplementasian tersebut.
Baca: BPPT: Kualitas Udara di Sumsel Mulai Membaik
"Sebetulnya pilot project itu kan nggak besar ya, paling pakainya cuma ratusan (sapi) aja ya 100 sampai 150 sapi," pungkas Soni.
Pilot project ini diharapkan menghasilkan pakan ternak berkualitas yang berasal dari produk samping atau limbah dari perkebunan sawit.
Diharapkan pula, pemerintah bersama industri swasta dan kelompok peternak mampu bersinergi dalam mensinkronisasikan program integrasi sapi - sawit melalui perumusan kajian yang tepat.
Integrasi sapi - sawit ini diprediksi mampu memangkas biaya pakan ternak hingga mencapai 30 persen.
Angka biaya pakan itu bisa ditekan karena program ini menggunakan limbah sawit yang berasal dari bagian pelepah dan batang pohonnya.