Menurut Lukman Hakum, PLT Balitbang Kementerian PUPR, RISHA menjadi solusi perumahan bagi masyarakat Indonesia yang memiliki standar keselamatan yang tinggi menghadapi gempa bumi.
"Bangunan dengan teknologi RISHA bisa dibangun oleh semua lapisan masyarakat di daerah manapun, bukan hanya di daerah yang tertimpa bencana saja.
Lantaran konsep RISHA dikembangkan untuk seluruh masyarakat berdasarkan kondisi geografis Indonesia,” jelasnya.
Selain itu RISHA juga sangat ekonomis, RISHA bisa dibangun oleh masyarakat oleh masyarakat berpenghasilan rendah yang belum memiliki rumah.
Biaya satu unit bangunan RISHA tipe 36 hanya memerlukan anggaran Rp 50 juta. Untuk membangun (perakitan) hanya memerlukan waktu 9 jam dengan jumlah tenaga kerja, 3 orang saja.
Proses pembuatan komponen dan perakitannya terpisah, namun masing-masing memerlukan waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan metode konvensional.
RISHA memerlukan komponen yang terbagi menjadi 3 kategori yaitu: komponen struktural, komponen pengisi dan komponen utilitas.
Dengan menggunakan konsep knock down semua komponen bisa dibongkar pasang sesuai keperluan.
Meski menganut konsep knock down, RISHA dapat dimodifikasi dengan mengadopsi potensi lokal misalnya ciri khas rumah adat daerah.
Sedangkan dari sisi fleksibilitas terletak pada kemungkinan untuk menjadi rumah tumbuh, baik vertika maupun horizontal.
Selain itu memungkinkan pula untuk membangun rumah yang lebih besar, misalnya untuk kantor, sekolah atau pasar.
Model pembuatannya memakai system pre-pabrikasi yaitu, komponen-komponennya dicetak terlebih dahulu sebelum kemudian dirakit seperti mainan lego.
Namun begitu, bukan berarti rumah sehat ini tidak berkualitas.
Ada standar tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap komponen penyusunnya, sehingga hasil akhirnya memenuhi standar SNI, Standar Nasional Indonesia.