TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Hartadinata Abadi Tbk (Hartadinata), produsen dan penyedia perhiasan emas terintegrasi Indonesia telah merampungkan pembukaan sejumlah total 8 outlet gadai emas di Jawa Barat.
Selain itu, Hartadinata juga telah meningkatkan jumlah toko sendiri, yaitu ACC hingga saat ini secara nasional mencapai 50 unit.
Ke depan toko emas ACC ditargetkan bertambah hingga mencapai total 100 toko di tahun 2020.
Pembukaan outlet-outlet tersebut menunjang salah satu strategi Hartadinata dalam memperkuat kinerja perusahaan dengan memperkuat integrasi vertikal perusahaan dan memperluas penetrasi pasar Hartadinata di Indonesia.
Jaringan gadai Hartadinata di bawah merek PT Gadai Cahaya Abadi (GCDA) yang sudah berijin OJK di provinsi Jawa Barat, direncanakan bertambah dari saat ini 8 outlet menjadi 15 outlet.
Sementara perluasan lebih lanjut, direncanakan di provinsi NTT 10 outlet, di NTB 10 outlet dan di provinsi Jawa Timur 30 outlet dengan merek Gadai Terang Abadi Mulia (GTAM) yang saat ini sedang menunggu proses izin OJK.
Baca: Laris Manis, Obligasi Lippo Karawaci Oversubscribed 4,5 Kali Lipat
Baca: PNM Terbitkan Obligasi Rp 1,35 Triliun untuk Modal Kerja
Baca: PT KAI Terbitkan Obligasi Rp 2 Triliun untuk Peremajaan Kereta Api
Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk, Sandra Sunanto mengatakan, outlet gadai dirancang untuk berdiri berdampingan dengan outlet-outlet perhiasan emas yang sudah eksis dan yang kita rencanakan ke depan, sehingga diharapkan dapat saling menunjang bisnis.
"Keberadaan pegadaian diproyeksikan dapat membantu pertumbuhan outlet-outlet penjualan karena skema cicilan akan mempermudah pembelian emas," katanya di Jakarta, Kamis (16/1/2020).
Selain itu, kata dia pelanggan bisa meminjam dana dengan menjaminkan emasnya, baik perhiasan maupun logam mulia.”
Rincian ke-8 gadai emas di Jawa Barat yang sudah beroperasi adalah di Sayati (27 Desember 2019), Subang (27 Desember 2019), Pamanukan (27 Desember 2019), Arjawinangun (28 Oktober 2019), Parigi (27 September 2019), Ciwidey (26 September 2019) serta unit pertama Topaz (17 Mei 2017).
Penguatan intergrasi vertikal usaha Hartadinata ini sebagai manufaktur perhiasan emas yang memiliki usaha gadai, toko sendiri dan jaringan distribusi ke 33 wholesaler serta 600 toko perhiasan di Indoesia serta kanal penjualan digital e-commerce melalui aplikasi platform Masduit yang diluncurkan September 2019 menempatkan perusahaan di posisi yang unik dan kuat di dalam industri emas dan perhiasan emas, tambah Sandra.
Obligasi
Sukses menggalang dana dari penerbitan Obligasi Berkelanjutan Tahap 1 sebesar Rp 600 Milyar yang ditawarkan di bulan November 2019, Hartadinata menggunakan dana yang terhimpun dari penerbitan obligasi ini untuk membayar sebagian saldo utang pokok fasilitas pinjaman dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp 142,5 miliar.
Juga untuk modal kerja anak perusahaan dalam bentuk pinjaman ke PT Gadai Cahaya Dana Abadi sebesar Rp 120 Milyar, sementara sisanya, Rp 337,5 Milyar untuk modal kerja di mana sebagian besar digunakan untuk pembelian bahan baku.
”Hasil penerbitan obligasi serta realisasi penggunaan dana tersebut yang berjalan sesuai rencana memberikan kami keyakinan untuk dapat terus berkembang dan memperkuat posisi kami di pasar nasional," katanya.
Baca: Obligasi BRI Laris Diburu Investor
Baca: Pemegang Obligasi Sepakat Percepatan Pelunasan Obligasi APLN
Sandra meyakini dapat terus meningkatkan value untuk para investor kami terlebih lagi dengan maraknya tren pegadaian di tengah-tengah masyarakat saat ini serta meningkatnya investasi dan jual beli emas yang berbasis online (e-commerce).
"Semua ini merupakan faktor-faktor yang menunjuang pertumbuhan penjualan dari produk-produk kami ke depannya,” katanya.
Memasuki 2020, menurut analis harga emas diperkirakan bakal meningkat didorong permintaan dari investor ritel.
Dorongan berikutnya pada harga emas akan datang dari investor ritel. Setelah menguat ke level tertinggi dalam lebih dari enam tahun, emas diperkirakan masih akan mendapat manfaat dari arus safe haven.
”Dengan melihat analisis permintaan (demand) dan penawaran (supply) emas di Indonesia maka prospek usaha industri emas akan semakin besar," katanya.
Trend peningkatan harga emas yang disebabkan karena preferensi investor untuk memegang komoditas safe haven dan volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika menjadi faktor pemicu prospek dan keberlangsungan usaha dalam industri emas, secara khusus bagi perusahaan.
"Tingkat supply dan demand yang tinggi memberikan kesempatan prospek bisnis yang baik bagi industri emas,” katanya.