News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

CEO Talks ILUNI MMUI Soroti Kasus Gagal Bayar, Industri Asuransi Perlu Direformasi

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tanggal 22 Januari 2020 telah berlangsung kegiatan CEO Talks seri Ke-6 dengan tema “The Disaster of Insurance industry” oleh ILUNI MMUI di Studio 1 XXI Lotte Shoping Avenue, Kuningan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ILUNI MMUI telah menggelar CEO Talks seri Ke-6 bertemakan “The Disaster of Insurance industry” di Studio 1 XXI Lotte Shoping Avenue, Kuningan, Rabu (22/1/2020) kemarin.

Dalam pemaparannya, eks CEO Jiwasraya dan dirut Jamsostek, Hotbonar Sinaga menyampaikan perihal kronologi gagal bayar Jiwasraya.

Baca: Panja Komisi VI DPR Akan Panggil Erick Thohir dan Dirut Jiwasraya Pekan Depan

Kondisi gagal bayar ini dimulai dari Insolvabilitas atau Risk Based Capital kurang dari 120%, nilai ekuitas yang negatif, likuitidas yang tidak mencukupi, serta meningkatnya potensi rugi pada investasi.

Adapun penyebab gagal bayar ini karena Kesalahan Desain Produk, Mis Investasi, Kecurangan, tidak menerapkan prinsip GRC serta Lemahnya pengawasan.

“Berkaca dari permasalahan ini, ada dua solusi jangka panjang maupun pendek. Adapun solusi Jangka Pendek dilakukan dengan cara restrukturisasi, Penerapan GRC, Asuransi pesangon (PSAK 24), Asuransi Kecelakaan Non Occupational, Pinjaman Subordinasi dengan DPLC dan Recovery Assets," katanya dalam keterangan yang diterima, Jumat (24/1/2020).

"Kemudian untuk solusi jangka panjang dilakukan dengan cara Amandemen terhadap UU Lembaga Penjamin Simpanan, Resistensi dari LPS, Regulasi, Supervisi, dan Proses Bisnis.” Jelasnya.

Karena itu, bergulir usulan perlu dilakukan reformasi industri sebagai upaya penguatan peraturan governance perusahaan dan manajemen resiko.

Menurut Direktur Utama Asuransi Sarana Lindung Upaya, Alberto Daniel, hal itu untuk memastikan pimpinan perusahaan berperilaku rasional serta memiliki moral.

“Karena pada dasarnya manusia memiliki masalah oportunistik yang rasionalitasnya terbatas (bounded), oleh sebab itu perlu dilakukan check and balance berlapis. Adapun langkah yang perlu dilakukan adalah dengan cara membuat aturan yang lebih jelas dan transparan, memastikan bahwa aturan tersebut dipatuhi, mekanisme pengawasan berlapis yang dilakukan mulai dari audit internal perusahaan, manajemen risiko oleh dewan komisaris, pelaporan dan pemeriksaan rutin oleh regulator, melakukan tindak koreksi tepat waktu sesuia dengan hasil compliance assesment dan seterusnya,” Jelas Alberto.

Dilain pihak, Herris B. Simanjuntak, Former CEO of Jiwasraya Director menyampaikan berita buruk dalam kurun waktu 2018 sampai dengan 2019 terhadap perusahaan asuransi.

Berita-berita ini antara lain adalah kasus AJB Bumiputrea, Jiwasraya, Pembatasan Kegiatan Usahan PT Asuransi Himalaya Pelindung, kasus Asabri dan lainnya.

Kasus-kasus tersebut tidak lain menjadi permasalahan yang membuat semua pihak harus saling berbenah.

Baca: PDIP: Tanpa Demokrat, Panja Jiwasraya Tetap Terus Berjalan

“Untuk mengatasi semua permasalahan di bidang asuransi ini perlu adananya Management Risk. Management Risk ini penting untuk dilaksanakan bukan hanya sekadar pemenuhan terhadap Undang-undang yang berlaku saja, namun juga sebagai instrument untuk merencanakan dan menerapkan metode mitigasi risiko yang terstruktur. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga kesehatan keuangan perusahaan serta mencapai tujuan perusahaan,” Pungkasnya.

Dalam kegiatan ini selain tiga pembicara, acara ini dipandu oleh Mohammad Mustaqim yang merupakan Sekjen ILUNI MMUI sebagai moderator. 

Sebanyak 225 peserta yang tergabung atas Mahasiswa beserta profesional menghadiri acara ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini