TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produsen keramik sanitary di Indonesia yang memiliki afiliasi jaringan internasional, PT Surya Toto Indonesia merubah strategi bisnisnya dengan menyasar ceruk pasar menengah ke bawah.
Data yang didapatkan, produk segmen bawah TOTO banyak diserap oleh daerah Indonesia yang belum terjamah produk sanitary.
Perusahaan juga menambah penjualan ekspornya ke negara Tiongkok, Amerika, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan negara-negara Timur Tengah.
Hal ini dilakukan seiring dengan program pemerintah Indonesia yang tengah menggalakan program ekspor guna menekan defisit neraca perdagangan.
Tercatat di semester I-2019, penjualan ekspor TOTO justru naik 3,13 persen menjadi Rp245,46 miliar, sementara penjualan domestiknya menurun 18,05 persen (y-o-y) menjadi Rp744,27 miliar.
Baca: Satu Keluarga di Uni Emirat Arab Positif Terinfeksi Virus Corona, Kasus Pertama di Timur Tengah
Baca: BNPT Sebut Indonesia Urutan ke 35 dari 138 Negara Terdampak Terorisme
Presiden Direktur PT Surya Toto Indonesia (TOTO) Hanafi Admadiredja, mengatakan, pasar ekspor memang sangat menjanjikan. namun, kami akui bahwa pasar dalam negeri hingga saat ini masih menjadi penopang penjualan.
"Jika dilihat dari komposisinya, memang ekspor masih 20 persen dari total produksi," katanya dalam keterangan pers, Minggu (2/2/2020).
Ditambahkan Hanafi, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan China masih menjadi negara tujuan utama ekspor produk TOTO, beberapa negara lainnya juga memiliki pasar yang cukup potensial antara lain, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan negara-negara Timur Tengah.
Walaupun masih ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi untuk ekspor, antara lain, masih lesunya ekonomi global dan perang dagang antara AS dan China yang masih terus berlangsung hingga saat ini.
“Tak hanya di luar negeri, pasar dalam negeri yang belum ada perkembangan positif hingga saat ini, juga menjadi tantangan tersendiri untuk pertumbuhan bisnis perusahaan," katanya.
Untuk menghadapi penurunan penjualan dalam negeri, kami juga menyasar segmen menengah ke bawah.
Dengan strategi ini, diharapkan dapat mendorong produk-produk TOTO lebih cepat terserap ke pasar.
Produk segmen bawah banyak kami jual ke daerah-daerah di Indonesia yang belum terjamah produk sanitary.
Baca: Pasca Membunuh Qaseem Soleimani, Amerika Tak Bisa Nyaman Lagi di Timur Tengah
Baca: 87 TKW Ilegal asal NTB Batal Diterbangkan ke Timur Tengah
Setelah resmi melakukan proses produksi dari tahun 1991, kini PT Surya Toto Indonesia (TOTO) telah memiliki lebih dari 3000 dealer yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.
TOTO juga telah memiliki 3 pabrik di Indonesia yang berada di Serpong, Balaraja, dan Surabaya.
Hingga saat ini, pabrik TOTO di Balaraja menjadi yang terluas dan terbesar dengan memiliki lebih dari 27 hektare (ha) dan memiliki 8 lini produksi.
Hampir 95 persen produk TOTO yang terjual di pasaran diproduksi di pabrik Balaraja.
Kian Kompetitif
Saat ini Persaingan pasar industri keramik sanitary di dalam negeri dinilai semakin kompetitif dengan adanya pemain-pemain baru di industri ini, baik yang berinvestasi di Indonesia maupun yang melakukan import.
Padahal, industri keramik sanitary di Indonesia sedang lesu dikarenakan rendahnya serapan lokal.
Data Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki), penurunan permintaan keramik sanitary dirasakan sejak akhir 2107.
Sebelumnya, produksi diserap pasar domestik sebesar 70 persen dan untuk ekspor sebesar 30 persen, tetapi sekarang porsi serapan lokal hanya sebesar 55 persen dan sisanya ekspor.
Perlambatan sektor properti di Indonesia disebut sebagai "dalang" menurunnya serapan keramik sanitary.
Selain itu, banyak pengembang properti dan juga konsumen, masih menganggap sanitary impor kualitasnya lebih baik dibandingkan produksi dalam negeri, terutama untuk segmen menengah ke atas.
Padahal, pabrikan yang ada di Indonesia memiliki standar internasional yang kualitasnya tidak kalah dengan produk impor.
Tak hanya itu, masih belum terbitnya standar nasional Indonesia (SNI) untuk produk wastafel juga digadang menjadi hambatan bagi produsen dalam negeri untuk bisa bersaing dengan produk impor.
Saat ini, untuk keramik sanitary baru ada SNI untuk kloset duduk dan diberlakukan secara wajib, sedangkan untuk produk lavatory atau wastafel belum ada aturan mengenai standar kualitas.