Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi menilai, ibukota DKI Jakarta tidak perlu mengalami kebijakan lockdown sehubungan dengan makin masifnya serangan virus corona belakangan ini.
Hal ini karena langkah lockdown akan berpotensi mengganggu pasokan kebutuhan pokok warga dan membuat harga bahan pangan menjadi tidak stabil.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira pun menilai bahwa akan terjadi ketidakstabilan harga pangan.
Karena, pasokan kebutuhan pokok yang ditemukan di pasaran ibu kota dipasok dari daerah, sehingga ini akan memicu kelangkaan pangan.
"Soal ketersediaan pangan tentu tidak siap, karena sebagian besar kebutuhan pokok disumbang dari daerah luar Jakarta," ujar Bhima, kepada Tribunnews, Jumat (20/3/2020) sore.
Baca: Bahan Alami Curcumin Berkhasiat Tingkatkan Imunitas Tubuh, Tapi Bukan Obat untuk Covid-19
Menurutnya, arus distribusi barang tentunya akan terganggu jika lockdown dilakukan.
Terlebih saat ini mendekati momen bulan puasa (ramadan), di mana kelangkaan pasokan bisa memicu melonjaknya harga kebutuhan bahan pokok yang akan berdampak pada daya beli masyarakat.
Baca: Chilibeli Raih Pendanaan 10 Juta Dollar untuk Genjot Jumlah Mitra
"Kelangkaan bahan pokok, khususnya jelang ramadan akan menyeret kenaikan harga. Inflasi tembus di atas 6 persen merugikan daya beli masyarakat se-Indonesia," kata Bhima.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan tidak akan memberlakukan opsi lockdown.
Namun dia mengimbau warga ibu kota agar tidak meninggalkan Jakarta selama tiga pekan ini, untuk mencegah lebih luasnya penyebaran corona.
Pernyataan tersebut ia sampaikan dam rapat internal Covid-19 yang diadakan pemprov DKI Jakarta dengan Kapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya.
"Saya penting garis bawahi, tolong kabari semua warganya, jangan meninggalkan Jakarta. Sampaikan kepada RT, RW agar warganya jangan meninggalkan Jakarta kecuali genting, urgent, (saya imbau) jangan pergi, tahan," kata Anies dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/3/2020) kemarin.
--