TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Julius Wiratno mengatakan operasionalisasi kembali lapangan Kepodang, Blok Muriah, Jawa Tengah harus lebih efisien.
Menurutnya, hasil temuan SKK Migas mendapati fakta adanya ketidaksesuaian antara perkiraan cadangan terambil dengan aktual realisasi angka-angka produksi/kumulatif dan juga parameter-parameter teknis operasional seperti temperature, tekanan, dan lainnya.
"Meski data cadangan yang ada sudah tersertifikasi namun kondisi lapangan berbeda. Inilah situasi yang biasa terjadi di industri migas," jelas Julius dalam keterangannya, baru-baru ini.
Baca: Danny Aldridge Ungkap Alokasi Mesin MotoGP 2020 Dapat Dipangkas jika Race Berkurang
Baca: Cegah Penyebaran COVID-19, Mudik Bareng BUMN Dibatalkan
Pada tahun 2019 Petronas Carigali Mutiah Ltd menutup operasionalisasi lapangan Kepodang akibat produksi yang terus menurun. Bahkan sejak pertama beroperasi di 2015, pasokan gas dari lapangan Kepodang selalu di bawah target.
Julius menambahkan, untuk mengoperasikan kembali lapangan Kepodang diperlukan langkah-langka antisipatif atau korektif sehingga biaya operasi dapat ditekan serendah mungkin.
"Kalau ingin tetap bisa dioperasikan, misalnya dengan menekan biaya operasi sampai titik yang bisa dikatakan fly," katanya.
Julius mengatakan banyak kebijakan yang telah dan sedang dilakukan SKK Migas untuk membenahi industri migas nasional. Contohnya adalah penerapan Komitmen Kerja Pasti (KKP) terhadap setiap kontraktor pengelola blok migas.
Aturan ini memungkinkan eksplorasi di sektor migas menjadi lebih terukur dan disiplin. "Kalau nggak committed ya harus didenda dan atau nggak bisa loncat melaksanakan agenda lainnya," kata dia.
Pengamat energi yang juga Guru Besar Universitas Indonesia Iwa Garniwa menilai, kegagalan pengiriman gas sesuai kontrak kesepakatan, seharusnya tidak boleh terjadi.
Agar industri nasional tidak dirugikan, Iwa menilai, sudah seharusnya ketika kerja sama dilakukan dipastikan betul dari sisi pasokan, karena kapasitas pipa dibangun berdasarkan rencana pasokan.
"Jangan sampai salah satu pihak membangun pipa dengan investasi besar, justru pasokan tidak tersedia. Harus di investigasi kemampuan pasokan sebenarnya," paparnya.
Berita ini tayang di Kontan dengan judul: SKK Migas: Operasionalisasi lapangan Kepodang harus lebih efisien