Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Dua organisasi penerbangan besar dunia telah bergabung untuk mengeluarkan pedoman yang bertujuan mengembalikan bisnis industri perjalanan yang tengah terseok akibat pandemi virus corona (Covid-19) yang masih berlangsung.
Pandemi ini memang telah menyebabkan industri penerbangan mengalami kelesuan dan sekitar 95 persen pesawat di seluruh dunia terpaksa menghentikan sementara operasinya.
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (21/5/2020), Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) dan Dewan Penerbangan Internasional (ACI) Dunia pada hari Selasa lalu telah mengumumkan peta jalan (roadmap) untuk membuka kembali sektor penerbangan global di tengah pandemi.
Sejumlah tindakan antisipatif penyebaran pandemi pun akan dilakukan di seluruh perjalanan penumpang.
Hal ini dianggap mampu meminimalisir risiko penularan corona di bandara dan di dalam pesawat.
"Langkah-langkah tersebut harus konsisten dilakukan secara global dan dapat terus ditinjau, diperbaiki, dan dihapus jika diperlukan," kata gabungan dua organisasi tersebut.
Baik ACI maupun IATA merupakan anggota utama dari sebuah gerakan yang disebut 'Covid-19 Aviation Recovery Task Force (CART)' yang dipimpin oleh Dewan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).
Baca: BCA Siapkan Rp 39 Triliun Uang Tunai untuk Kebutuhan Libur Lebaran
Pedoman roadmap pun diusulkan oleh ACI dan IATA.
Laporan ini merekomendasikan beberapa protokol dari tahapan keberangkatan hingga kedatangan, termasuk pembatasan akses masuk ke bangunan terminal bagi staf dan para pelancong.
Baca: Terpapar Corona, Penjualan Truk Fuso Turun 28 Persen
Staf pemerintah yang memiliki kompetensi di bidang medis akan melakukan pemeriksaan suhu di titik masuk terminal.
Mereka juga akan memantau jarak sosial (social distancing) para penumpang, termasuk saat melakukan antrean.
Baca: Bangkok Bank Akuisisi 89,12 Persen Saham Bank Permata Senilai Rp 33,66 Triliun
Para penumpang akan diminta untuk menggunakan masker. Sementara masker yang dikenakan petugas bandara akan disesuaikan dengan peraturan setempat.
Opsi lain untuk check-in juga akan didorong untuk mengurangi titik kontak dan antrean para penumpang.
Baca: Viral 247 Awak Pramugari Batik Air Ajukan Petisi THR, Begini Tanggapan Lion Air Group
Prosedur boarding yang efisien dengan akses gerbang yang dirancang ulang pun diyakini akan mengurangi kepadatan saat proses boarding, dengan area lalu lintas penumpang akan ditingkatkan kebersihannya berdasarkan peraturan setempat.
Di terminal kedatangan, para penumpang akan mendapatkan pemeriksaan suhu lebih lanjut oleh otoritas lokal.
Jika memungkinkan, teknologi seperti biometrik dan aplikasi seluler pun akan memfasilitasi kontrol perbatasan dan bea cukai, berikut dengan pelacakan kontak dan tindakan tegas lainnya.
Direktur Jenderal ACI World Angela Gittens mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa bandara dan maskapai penerbangan telah bermitra dengan ICAO untuk mengatasi tantangan terbesar ini sambil berupaya menghentikan penyebaran corona.
Menurutnya, saat ini tidak ada ukuran yang dapat meminimalisir semua risiko dalam memulai kembali perjalanan udara.
"Tapi kami yakin pendekatan yang konsisten secara global dan berbasis pada hasil, merupakan cara yang paling efektif untuk menyeimbangkan mitigasi risiko dengan kebutuhan dalam upaya membuka ekonomi dan memungkinkan kembali dimulainya perjalanan," kata Gittens.
Direktur Jenderal dan CEO IATA Alexandre de Juniac menyatakan, keselamatan merupakan 'prioritas utama'.
"Ini mencakup kesehatan masyarakat. Memulihkan konektivitas udara juga sangat penting untuk memulai kembali ekonomi global dan menghubungkan kembali orang-orang," kata de Juniac.
Pendekatan berlapis ini direkomendasikan oleh bandara dan maskapai penerbangan untuk menjaga kesehatan masyarakat sambil menawarkan pendekatan praktis demi memulai kembali operasi secara bertahap.
Risiko penularan di pesawat, kata dia, akan terjadi sangat rendah dan IATA bertekad untuk mencegah industri penerbangan menjadi 'sumber signifikan' dari penyebaran wabah corona.
"Kami bekerja terus-menerus bersama pemerintah untuk memastikan bahwa segala tindakan yang diambil, dilakukan secara konsisten dan dengan dukungan ilmiah. Itu adalah kunci untuk memulihkan kepercayaan publik, sehingga manfaat dari kembali dimulainya penerbangan secara aman dapat direalisasikan," tegas de Juniac.
Kabar recovery ini muncul setelah banyak perusahaan dan organisasi di industri penerbangan yang melaporkan bahwa rekor kerugian laba yang mereka alami mencapai 55 persen dari total pendapatan, dengan terbatasnya lalu lintas udara yang berpotensi dilanjutkan pada paruh kedua tahun 2020.
CEO Boeing David Calhoun yang mengambil alih perusahaan pada Januari lalu di tengah krisis 737 MAX yang sedang berlangsung, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa perjalanan udara kemungkinan tidak akan pulih pada tahun 2020.
Kendati demikian, ia berharap pabrikan pesawat AS ini bisa bangkit pada bulan September.
Beberapa maskapai internasional, termasuk Flybe, Virgin Australia, Monarch Airlines dalam beberapa tahun terakhir ini telah terkena dampak, itu karena adanya Brexit dan munculnya pandemi corona.
Kerugian demi kerugian pun mereka alami lantaran tidak stabilnya laba dan pasar.
Asisten Direktur IATA untuk korporasi komunikasi, Chris Goater mengatakan bahwa jika industri penerbangan mengalami kebangkrutan, maka ekonomi global pun akan terkena dampaknya.
"Jika industri penerbangan bangkrut, tidak akan ada peluang untuk itu, dan ini akan semakin merusak ekonomi global. Jadi, sangat penting bagi pemerintah untuk membantu industri saat ini," kata Goater.