Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Operator maskapai internasional yang telah menderita kerugian besar akibat krisis yang disebabkan virus corona atau Covid-19 secara besar-besaran akan memangkas tenaga kerja mereka dan membuat ribuan orang kehilangan pekerjaan.
Maskapai-maskapai top Eropa mengatakan mereka harus mengurangi puluhan ribu pekerjaan untuk memangkas biaya pengeluaran, karena makin memburuknya prospek penerbangan jangka menengah.
Baca: 10 Maskapai Penerbangan di Dunia yang Paling Terpukul karena Pandemi Virus Corona
Pernyataan ini disampaikan Sekretaris Umum Asosiasi Pilot Maskapai Penerbangan Inggris, Brian Strutton.
"Para pekerja industri penerbangan kini dibayangi 'tsunami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)'," kata Strutton.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (29/5/2020), Ryanair, Lufthansa, British Airways, Scandinavian Airlines, dan Air France-KLM secara total akan memangkas sekitar 32.000 pekerjaan.
Maskapai bertarif murah Irlandia, Ryanair berencana memangkas 3.000 pekerjaan.
Sedangkan British Airways berencana memangkas 12.000 pekerjaan.
Sementara itu, EasyJet telah mengumumkan pada Kamis kemarin bahwa perusahaan akan memangkas hingga 30 persen tenaga kerjanya dan mengurangi armadanya.
CEO EasyJet Johan Lundgren menyampaikan, ini adalah keputusan yang sangat sulit.
"Kami ingin memastikan bahwa kami bisa selamat dari pandemi sebagai bisnis yang bahkan lebih kompetitif dari sebelumnya, sehingga EasyJet dapat berkembang di masa depan," kata Lundgren.
Selanjutnya, maskapai penerbangan terbesar di Eropa, Lufthansa, yang telah menyetujui dana talangan negara (bailout) sebesar 9 miliar Euro, masih bersiap untuk memangkas 18.000 pekerjaan.
Maskapai raksasa Jerman itu juga berencana untuk memberikan pekerjaan jangka pendek untuk 87.000 dari 135.000 tenaga kerjanya.
Kemudian Bos Virgin Atlantic Richard Branson berencana memangkas lebih dari 3.000 pekerjaan untuk mengurangi dampak dari krisis corona.