Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), menyebut kenaikan pembayaran listrik yang dialami pelanggan terjadi karena banyaknya aktivitas penggunaan listrik yang tinggi.
Senior Executive Vice President Bisnis dan Pelayanan Pelanggan PLN, Yuddy Setyo Wicaksono mengatakan kenaikan tersebut karena pelanggan tidak menyadari konsumsi listrik yang digunakan mengalami kenaikan.
"Hal ini dikarenakan saat ini masyarakat banyak yang menjalankan aktivitas bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan aktivitas lainnya di rumah," ucap Yuddy dalam acara dialog virtual bersama Bisnis.com, Senin (8/6/2020).
Baca: Siap Buka Lagi, Jaringan Bioskop CGV Tunggu Jadwal Resmi dari Pemerintah
Yuddy menyebutkan, saat ini konsumsi listrik pelanggan bisa dikatakan sangat tinggi karena selama 24 jam anggota keluarga berada di rumah, terlebih lagi ada kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membuat masyarakat tidak bisa keluar rumah.
Baca: Bank Bukopin Sebut Tarik Uang Tunai di ATM Tidak Ada Masalah
"Biasanya konsumsi listrik masyarakat tinggi pada saat sore dan malam hari, karena pada pagi dan siang hari banyak beraktivitas di luar rumah seperti bekerja, sekolah dan sebagainya," kata Yuddy.
Baca: Stasiun KRL Hari Ini Dibanjiri Penumpang, KCI Sebut Tembus 150 Ribu Orang
"Secara tidak sadar, hal ini menyebabkan pembayaran listrik pelanggan mengalami kenaikan. Karena terbiasanya dengan pembayaran listrik, disaat keadaan normal," lanjut Yuddy.
Yuddy beralasan, pemakaian daya listrik oleh konsumen cukup tinggi selama bulan puasa atau bulan Ramadhan.
Karena masyarakat bangun lebih awal, dan penggunaan listrik juga terjadi lebih awal untuk persiapan berpuasa.
PLN sendiri, lanjut Yuddy, melakukan pencatatan meter listrik pelanggan dengan menggunakan metode rata-rata tiga bulan terakhir pada masa wabah Covid-19 sejak maret.
"Hal ini dilakukan tentunya sebagai upaya kami untuk mencegah penyebaran Covid-19, dan memastikan bahwa pelanggan dan petugas kami tidak tertular bahkan menularkan virus tersebut. Maka dari itu kita menggunakan metode pencatatan rata-rata tiga bulan terakhir," kata Yuddy.
Baca: Jaringan Diler Renault Andalan Mulai Kirim MPV Triber ke Konsumen
Yuddy menjelaskan, dengan metode pencatatan rata-rata tiga bulan terakhir ini masyarakat tidak menyadari kenaikan konsumsi listrik tinggi. Sebab pada bulan Maret untuk rekening tagihan April tidak ada penambahan kWh yang digunakan oleh pelanggan, maka tidak terlihat ada kenaikan konsumsi listrik.
Baca: Truk Tata Ultra 1014 dan LPT 913 Ditawarkan dengan Bonus Gratis Pick Up Super Ace
"Begitu pula pada bulan April untuk rekening Mei belum ada penambahan pemakaian, kemudian pada rekening tagihan Juni barulah terjadi kenaikan dan ditambah ada kWh yang belum tercatat yang menumpuk di Juni, jadi menyebabkan adanya lonjakan konsumsi listrik," kata Yuddy.