Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Produsen keju asal Prancis secara tidak sengaja menemukan produk baru yang telah menjadi hit di kalangan pelanggan mereka, saat masa pandemi virus corona (Covid-19) berlangsung dan sistem penguncian (lockdown) diterapkan berbulan-bulan oleh pemerintah.
Pandemi corona memang telah mengguncang banyak bisnis dan industri di seluruh dunia.
Di Prancis, produsen anggur dan keju terkenal, telah melihat anjloknya jumlah pesanan terhadap produk mereka setelah terjadinya penutupan besar-besaran restoran dan pasar.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (15/6/2020), sebuah keluarga produsen keju dari komune Perancis Saulxures-sur-Moselotte juga mengalami kerugian dari penjualan yang menurun akibat memuncaknya pandemi di negara itu.
Baca: Sengketa Geprek Ayam Bensu Makin Meruncing, Kubu Ruben Onsu Klaim Masih Bisa Gunakan Merek
Pada awal masa lockdown, Lionel dan Laura Vaxelaire memiliki hampir 60 keju Munster yang tersisa di ruang bawah tanah.
Namun keduanya sibuk menjaga bisnis keluarga di tengah melesunya minat pasar terhadap keju-kejunya.
Baca: Karyawannya di Bagian Dapur Ini Diduga Dipakai Ruben Onsu untuk Dapatkan Resep Ayam Geprek Sujono
Pasangan tersebut pun kemudian meninggalkan keju munster yang lembut, berbau dan tidak tersentuh itu selama sebulan.
Hal itu mereka lakukan hanya untuk bereksperimen bahwa keju itu akan berubah menjadi sesuatu yang baru.
Baca: Bisnis Geprek Bensu, Ruben Onsu Mengaku Cuma Ambil Untung Seribu Perak
Sementara itu, keju yang tetap terisolasi di ruang bawah tanah tersebut telah mengembangkan kulit bunga keabu-abuan, berbintik-bintik dan memiliki rasa yang berbeda.
"Kami terus mematangkan beberapa batch dan satu batch tertentu. Kami memang mulai mengubahnya menjadi keju Munster, namun kami mengesampingkannya dan berhenti menangani perubahan rasa keju ini karena kurangnya waktu lantaran perlu fokus pada pesanan dan pengiriman setelah lockdown," kata Laura Vaxelaire.
Rasa keju baru ini tentunya membutuhkan nama, mengingat bahwa varian baru ini ditemukan selama masa lockdown, keduanya pun memutuskan untuk menyebutnya 'le confine', yang berarti 'terkurung' atau 'terkunci'.
'Keju kuncian' ini pun seketika langsung menjadi 'bintang pasca terisolasi'.
Menurut Lionel Vaxelaire, rasa dari keju ini memberikan sensasi rileks yang sangat dibutuhkan banyak keluarga di Prancis setelah melewati masa-masa sulit dikarantina secara paksa.
"Saat ini kami kehabisan stok," jelas Laura Vaxelaire.