TRIBUNNEWS.COM – Kabar beroperasinya Tentrem Mall Semarang membuat animo masyarakat untuk berkunjung sangat tinggi. Pasalnya, banyak yang tidak sabar ingin menyaksikan teknologi mewah video mapping akuarium laut raksasa yang memaniskan pemandangan atap.
Diresmikan pada 13 Agustus lalu, antrean pengunjung mal yang berdesakan pun menjadi viral di media sosial. Beberapa bahkan rela tiduran di lantai untuk menyaksikan teknologi video mapping ini.
Tindakan ini pun seakan-akan terkesan mengabaikan Protokol New Normal. “Oleh karena itu, dapat dipahami jika kemudian muncul beragam komentar dari masyarakat,” ungkap Direktur Utama Tentrem Mall and Suites, Irwan Hidayat.
Dalam wawancara tertulis, Irwan menjelaskan, aturan Protokol New Normal dan pelaksanaannya selalu dikedepankan. Ia juga bekerjasama dan berkoordinasi dengan Polsek, Satpol PP, Babinsa dan aparat terkait.
Namun, antusiasme masyarakat yang tinggi telah menyebabkan kerumunan pengunjung tidak dapat dihindari. “Petugas kami, Satpol PP, dan petugas Babinsa sudah berusaha untuk mengatur, menegur, memberi penjelasan, tetapi karena jumlah pengunjungnya banyak kami kewalahan. Makanya terjadi seperti yang kita saksikan pada kejadian seminggu lalu,” tambahnya.
Jauh hari sebelum Pandemi Covid-19 mewabah, Irwan berniat akan meresmikan Hotel, Mall & Apartemen Tentrem pada 23 April 2020. Namun, karena situasi dan kondisi Indonesia sedang dilanda pandemi, keputusan tersebut pun dibatalkan.
Ada dua hal penting yang jadi pertimbangan Irwan: diresmikan sebelum Pandemi Covid-19 berlalu atau sesudahnya, meski tidak bisa diketahui pandemi kapan akan selesai?
“Akhirnya kami sepakat untuk meresmikan pada tanggal 13 Agustus 2020, hari kelahiran Ibu R. Sulistyo, nenek kami, pendiri Sidomuncul”.
Ia kembali bercerita, terjadi perdebatan panjang dan seru dalam keluarganya saat memutuskan apakah meresmikan hotel bersamaan dengan Mal Tentrem.
“Jika hanya meresmikan hotel di tengah pandemi pasti rugi, apa lagi bersama mall yg belum ada penyewanya? Yang sudah siap beroperasi hanya 8 penyewa dengan total luas 600 m2 dari jumlah 9000 m2 yang bisa disewa. Semua menunda karena Pandemi covid-19. Itupun kami bebaskan sewa selama 6 bulan ke depan untuk 8 penyewa tadi”.
Irwan membeberkan akan menanggung beban kerugian sebesar Rp 3, 5 miliar/bulan selama 9 bulan ke depan.
“Biaya terbesar sebesar 38% adalah untuk gaji karyawan. Itupun setelah 9 bulan ke depan kami juga tidak tahu pasti apa yang akan terjadi”.
Ia tak henti-hentinya mempertimbangkan masalah ini, karena dapat membuka lapangan kerja yang lebih luas. Tak lain untuk menjalankan roda perekonomian di Semarang.
“Kami juga menyediakan ruang khusus tanpa biaya sewa yang terletak di basement 2, untuk beberapa UKM seperti bakso, rujak, pecel, dan soto”.
Demi mengedepankan keselamatan warga Semarang, mulai Senin (24/8/2020), video mapping sudah dimatikan dan diharapkan tidak akan ada kerumunan pengunjung lagi. (*)