Lia pun mencoba mengolah bahan-bahan masakan yang dimilikinya dan membuat makanan yang sebagian disantapnya sendiri, sedangkan sebagian lainnya dijual dengan sistem 'jemput bola'.
Mengetahui masakannya disukai orang-orang, akhirnya ia melihat peluang untuk berbisnis dan merintis Momomaru yang menjual masakan seperti salmon dan kani mentai.
Seiring berjalannya waktu, Lia dan partner bisnisnya, Ira, merekrut seorang karyawan baru yang mereka latih secara intens selama 3 bulan hingga kini mereka memiliki 9 karyawan dan 1 cabang baru.
Hal yang dialami Lia dengan bisnisnya di Momomaru pun diamini oleh Tendy.
Menurutnya, ada 3 kunci untuk memulai bisnis yang diyakininya, yaitu passion, skill, dan market atau pasar yang menjadi target bisnis yang hendak kita jalani.
Baca: Anak Muda Harus Terjun ke Sektor Pertanian, Peluang Bisnis Terbuka Lebar
Tantangan Enterpreneurship
Tentunya, ada kelebihan dan kekurangan yang bakal kita hadapi saat menjalani enterpreneurship.
Lia memberi contoh perasaan insecure yang melandanya saat pandemi mengubah kondisi ekonomi banyak orang dan ia mesti memikirkan gaji para karyawan Momomaru.
Sedangkan, dirinya sendiri mengalami pemotongan gaji dari perusahaan tempatnya bekerja.
Namun, berkat upaya Lia berdialog dengan karyawannya mengenai situasi tersebut, untungnya hingga saat ini ia tidak perlu memotong gaji karyawan Momomaru.
Selain itu, tantangan lainnya dalam merintis bisnis sendiri adalah konsistensi, perasaan untuk terus berinovasi, meluangkan waktu untuk fokus mengurus bisnis tersebut, pemasukan yang enggak pasti, dan insecurity akan nasib bisnis kita yang enggak bisa diduga.
Pekerja Kantoran Sekaligus Enterpreneur?
Nah, lalu mungkin kita bertanya-tanya nih, bisa enggak kalau kita pengin jadi pekerja kantoran yang juga memiliki sumber pendapatan tambahan dari enterpreneurship?
"Tergantung jenis bisnis dan besar bisnisnya," jawab Tendy.